Home / Human Interest / 5 Hama Pengerat di Lingkungan Kita

5 Hama Pengerat di Lingkungan Kita

Hewan pengerat merupakan kelompok mamalia yang mendominasi berbagai ekosistem di seluruh dunia, termasuk lingkungan yang dekat dengan manusia. Dengan ciri khas gigi seri yang terus tumbuh dan kemampuan adaptasi yang luar biasa, mereka memainkan peran penting dalam rantai makanan dan keseimbangan alam. Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai jenis hewan pengerat yang sering kita jumpai, mulai dari yang dianggap hama hingga yang menggemaskan, serta memahami peran mereka dalam kehidupan kita.

Mengenal Hewan Pengerat: Ciri Khas dan Keberagaman

Hewan pengerat, yang secara ilmiah diklasifikasikan dalam ordo Rodentia, adalah kelompok mamalia terbesar di dunia. Keberagaman mereka tercermin dari berbagai ukuran, bentuk fisik, pola makan, habitat, dan perilaku. Namun, ada beberapa karakteristik umum yang menyatukan mereka. Ciri paling menonjol adalah sepasang gigi seri yang besar dan kuat di bagian depan rahang, baik atas maupun bawah. Gigi ini terus tumbuh sepanjang hidup hewan dan diasah secara alami saat mereka menggerogoti berbagai material. Selain itu, sebagian besar hewan pengerat memiliki bulu yang lebat sebagai pelindung tubuh.

Kehadiran hewan pengerat sangat terasa di sekitar lingkungan permukiman manusia. Dari sudut-sudut gelap di selokan hingga loteng rumah, berbagai jenis tikus dan hewan pengerat lainnya dapat ditemukan. Di kebun atau area berbatu, kita mungkin menjumpai vole yang kecil dan mahir berenang. Bahkan di pepohonan, hewan pengerat yang menggemaskan seperti chipmunk dan tupai sering terlihat beraktivitas.

Ragam Hewan Pengerat yang Sering Ditemui

Mari kita telaah lebih dalam beberapa jenis hewan pengerat yang paling umum dijumpai:

  1. Tikus

    Kapal Bakamla RI: 92 Ton Harapan untuk Aceh di Tengah Ombak Kemanusiaan

    Tikus adalah salah satu hewan pengerat dengan sebaran geografis terluas di planet ini. Saking luasnya penyebaran, beberapa spesies tikus telah dikategorikan sebagai spesies invasif yang menimbulkan kerugian signifikan. Empat spesies tikus invasif yang paling merugikan adalah Rattus exulans, Rattus rattus, Rattus norvegicus, dan Rattus tanezumi. Yang menarik, penyebaran luas tikus ini sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, baik secara sengaja maupun tidak.

    Tikus cenderung beradaptasi dengan baik di lingkungan perkotaan dan pedesaan, seringkali memasuki area permukiman seperti rumah, sekolah, dan tempat-tempat umum lainnya. Mereka memiliki kecenderungan untuk bersembunyi di tempat yang gelap dan sempit, seperti di balik dinding, di antara tumpukan barang, di dalam lubang, atau di sistem saluran pembuangan. Kebiasaan hidup yang kurang higienis membuat tikus berpotensi menjadi vektor penyakit berbahaya bagi manusia, termasuk Lymphocytic choriomeningitis (LCMV), berbagai penyakit yang ditularkan tikus (rat-borne diseases), hantavirus, dan salmonellosis.

  2. Tupai

    Tupai termasuk dalam famili Sciuridae dan tercatat memiliki sekitar 50 genus dengan 268 spesies yang tersebar di seluruh dunia. Keberadaan mereka dapat ditemukan di berbagai habitat, mulai dari hutan lebat, kebun, pepohonan rindang, hingga area permukiman yang dekat dengan alam. Tupai dikenal dengan kelincahan dan kegesitan geraknya, serta kegemarannya mengonsumsi buah-buahan.

    Meskipun seringkali dianggap lucu, tupai dapat menimbulkan masalah bagi manusia. Di lahan pertanian, mereka bisa menggerogoti daun dan buah-buahan, menyebabkan kerugian bagi para petani. Saat memasuki area permukiman, tupai juga mampu merusak kabel listrik dan peralatan elektronik lainnya. Lebih lanjut, tupai liar berpotensi menularkan patogen dan virus kepada manusia atau hewan peliharaan. Oleh karena itu, penting untuk berhati-hati saat berinteraksi dengan tupai di alam liar.

  3. Chipmunk

    Chipmunk sebenarnya adalah jenis tupai yang berukuran lebih kecil. Hewan arboreal ini termasuk dalam genus Tamias. Seperti tupai pada umumnya, chipmunk sangat aktif di pepohonan dan memiliki pola makan utama biji-bijian. Mereka juga sering ditemukan di area permukiman yang padat penduduk.

    Ibu, Maaf Terlambat Ingat, Terlalu Cepat Pergi

    Menariknya, chipmunk yang hidup di perkotaan cenderung memiliki perilaku yang lebih tenang dan tidak terlalu aktif dibandingkan dengan chipmunk liar. Hal ini diduga karena ketersediaan makanan yang lebih melimpah di lingkungan perkotaan, sehingga mereka tidak perlu berusaha keras untuk mencari makan.

  4. Vole

    Vole seringkali ditemukan di habitat yang lembap dengan vegetasi yang rimbun. Hewan dari subfamili Arvicolinae ini juga dapat beradaptasi di area terbuka seperti padang rumput, semak-semak, atau taman yang luas. Beberapa spesies vole, seperti Myodes glareolus (bank vole), bahkan menunjukkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan padat penduduk dan berkurangnya rasa takut terhadap manusia.

    Kehadiran vole umumnya tidak menimbulkan kerugian signifikan bagi manusia. Berbeda dengan tikus, vole tidak dikenal sebagai penyebar penyakit berbahaya atau perusak properti. Mereka lebih sering terlihat menjelajahi lingkungan, mencari makanan, atau berenang di perairan dangkal. Jika bertemu vole di sekitar permukiman, sebaiknya biarkan mereka melanjutkan aktivitasnya tanpa diganggu.

  5. Hamster

    Hamster merupakan hewan pengerat yang mampu hidup di berbagai tipe habitat, mulai dari pegunungan, pinggiran gurun, tebing curam, tepi sungai, hingga area berbatu dan permukiman. Di lingkungan permukiman, hamster dari subfamili Cricetinae ini seringkali ditemukan di area terbuka dengan vegetasi yang cukup lebat, seperti taman, kebun, ladang, area semak-belukar, dan rerumputan.

    Bagi sebagian orang, kehadiran hamster di pemukiman bisa dianggap mengganggu karena potensi mereka merusak tanaman. Namun, bagi banyak orang lain, hamster adalah hewan peliharaan yang sangat menggemaskan. Popularitas hamster sebagai hewan peliharaan kini setara dengan kucing dan anjing, berkat perawatannya yang relatif sederhana dan ukurannya yang kecil, membuatnya ideal untuk dipelihara di rumah.

    Ucapan Hari Ibu: Sentuhan Hati untuk Bunda Tercinta

Hidup Berdampingan demi Keseimbangan Ekosistem

Manusia tidak hidup sendirian di lingkungan permukiman; kita berbagi ruang dengan berbagai jenis hewan pengerat. Meskipun beberapa di antara mereka dapat menimbulkan gangguan, penting untuk diingat bahwa kepunahan hewan pengerat dapat berdampak buruk pada keseimbangan ekosistem. Sebagai makhluk yang cerdas, manusia dituntut untuk belajar hidup berdampingan secara harmonis dengan semua satwa, termasuk hewan pengerat, demi menjaga kelangsungan hidup planet ini.