Home / Teknologi / Uji Terbang Drone Sayap BRIN

Uji Terbang Drone Sayap BRIN

TIM Pusat Riset Teknologi Penerbangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) baru-baru ini berhasil melaksanakan serangkaian uji terbang terhadap empat pesawat nirawak atau drone bersayap. Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya BRIN untuk terus memajukan teknologi kedirgantaraan nasional, khususnya dalam pengembangan pesawat tanpa awak yang memiliki berbagai fungsi strategis.

Salah satu drone yang menjadi sorotan utama dalam pengujian ini adalah pesawat yang diberi nama LSU 02 VTOL. Keunggulan utama dari LSU 02 VTOL terletak pada kemampuannya untuk melakukan lepas landas dan mendarat secara vertikal (Vertical Take-Off and Landing – VTOL). Fitur ini sangat krusial karena memungkinkan drone untuk beroperasi dari area yang sangat terbatas, bahkan hanya memerlukan landasan yang pendek. Hal ini membuka peluang aplikasi yang lebih luas, terutama di daerah-daerah terpencil atau medan yang sulit dijangkau.

Performa LSU 02 VTOL yang Menjanjikan

Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Teknologi Penerbangan BRIN, Danartomo Kusumoaji, menyatakan bahwa hasil uji terbang LSU 02 VTOL telah memenuhi harapan tim. “Hasil uji terbang menunjukkan performa terbang dan sistem VTOL pesawat berfungsi sesuai harapan,” ungkap Danartomo dalam keterangan resminya di laman BRIN, Rabu, 24 Desember 2025.

Selama sesi uji terbang, LSU 02 VTOL berhasil terbang pada ketinggian sekitar 300 kaki dengan kecepatan stabil 53 knot. Durasi penerbangan mencapai kurang lebih delapan menit. Menurut Danartomo, drone ini dirancang secara spesifik untuk dua fungsi utama, yaitu pengawasan wilayah dan pemetaan area. Kemampuan VTOL yang dimilikinya akan sangat mendukung efektivitas dalam kedua tugas tersebut, memungkinkan survei yang lebih cepat dan akurat di berbagai jenis medan.

Uji Coba Drone Bersayap Lainnya

Selain LSU 02 VTOL, tim BRIN juga menguji kemampuan tiga drone bersayap lainnya. Pengujian ekstensif ini dilaksanakan di Lanud Rumpin, Kabupaten Bogor, pada tanggal 17 hingga 19 Desember 2025. Keempat drone yang diuji mewakili berbagai tahapan pengembangan dan desain teknologi pesawat nirawak.

Mobil Matik: Aman Lewati Banjir

Pesawat Alap-Alap: Optimalisasi Sistem Autopilot

Pesawat nirawak bernama Alap-Alap menjadi salah satu fokus pengujian berikutnya. Misi utama uji terbang Alap-Alap adalah untuk mengoptimalkan sistem autopilotnya. Hasilnya sangat memuaskan, di mana pesawat ini berhasil mencapai ketinggian 800 kaki dengan kecepatan 50 knot dan terbang selama 30 menit.

“Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem autopilot berfungsi dengan baik,” ujar Danartomo. Optimalisasi sistem autopilot ini merupakan langkah penting dalam meningkatkan otonomi dan keandalan drone dalam menjalankan misi penerbangan yang kompleks tanpa intervensi manusia yang konstan.

Desain dan Pengembangan Mandiri

Salah satu aspek yang membanggakan dari pengembangan drone-drone ini adalah fakta bahwa LSU-02 VTOL dan Alap-Alap sepenuhnya dirancang dan dikembangkan secara mandiri oleh para peneliti BRIN. Ini mencakup penggunaan teknologi canggih seperti Flight Control Computer (FCC) yang merupakan otak dari setiap pesawat nirawak, mengendalikan berbagai fungsi penerbangan dan navigasi.

Pesawat Skywalker dan Krishna: Adaptasi dan Pengembangan

Sementara itu, dua drone lainnya, yaitu Skywalker dan Krishna, mengadopsi desain pesawat yang sudah ada dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh peneliti Pusat Riset Teknologi Penerbangan BRIN.

  • Drone Krishna: Menurut Danartomo, model drone Krishna mencontoh desain pesawat terkenal, yaitu Cessna. Keputusan untuk menggunakan desain yang sudah terbukti keandalannya ini didasari oleh tujuan pengujian. “Karena memang untuk menguji Flight Control Computer, jadi harus dengan pesawat yang memang sudah benar-benar bagus,” jelasnya. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk fokus pada pengujian kinerja FCC dalam lingkungan yang stabil dan terprediksi.

    Vivo Murah Terbaik: Jaringan Lancar, Foto Cerah

  • Drone Skywalker: Serupa dengan Krishna, drone Skywalker juga menggunakan desain pesawat lain sebagai basis pengembangannya. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis parameter aerodinamikanya secara mendalam.

Evaluasi Sistem Telemetri dan Karakteristik Aerodinamika

Setiap drone menjalani pengujian yang spesifik sesuai dengan tujuan pengembangannya.

  • Pengujian Drone Krishna: Drone Krishna diuji secara khusus untuk mengevaluasi sistem telemetri. Sistem ini sangat krusial karena memungkinkan pengiriman data penerbangan secara langsung atau real-time ke stasiun kendali di darat. Selama pengujian, pesawat ini diterbangkan selama 10 menit pada ketinggian 300 kaki dengan kecepatan sekitar 50 knot, sambil memantau aliran data telemetrinya.

  • Pengujian Drone Skywalker: Sementara itu, drone Skywalker diterbangkan dengan tujuan utama untuk mengenali karakteristik aerodinamikanya. Ini mencakup analisis mendalam terhadap kestabilan pesawat saat terbang dan bagaimana responsnya terhadap berbagai manuver. Data yang berhasil dikumpulkan dari pengujian ini akan menjadi fondasi penting untuk penyempurnaan desain pesawat di masa depan dan peningkatan performa secara keseluruhan.

Keseluruhan rangkaian uji terbang ini menunjukkan komitmen BRIN dalam mengembangkan kemampuan teknologi kedirgantaraan nasional, dengan fokus pada inovasi, kemandirian, dan aplikasi strategis dari pesawat nirawak.

Sistem Idle Stop: Mitos Perpendek Umur Mesin Terungkap