Home / Ekonomi & Bisnis / SUPA: Debut Gemilang, Saham Superbank Meroket 24% di BEI

SUPA: Debut Gemilang, Saham Superbank Meroket 24% di BEI

Saham PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA) memulai debutnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan performa yang luar biasa pada hari Rabu, 17 Desember 2025. Sejak awal perdagangan, saham bank digital ini langsung melesat, dibuka pada harga Rp 790 per saham, menunjukkan kenaikan sebesar 24,41 persen dari harga penawaran umum perdana (IPO) sebesar Rp 635 per saham. Antusiasme investor terhadap saham SUPA terlihat sangat tinggi sepanjang sesi perdagangan, tercermin dari aktivitas transaksi yang dinamis.

Aktivitas Perdagangan yang Menggugah

Volume perdagangan saham SUPA tercatat mencapai sekitar 1,57 miliar saham, dengan frekuensi transaksi yang impresif sebanyak 19.839 kali. Nilai transaksi keseluruhan pun menembus angka fantastis, yaitu sekitar Rp 1,06 triliun. Kinerja positif di hari pencatatan saham ini bukan hanya sekadar keberuntungan, melainkan sebuah cerminan dari tingginya minat investor yang telah terlihat sejak tahap penawaran umum perdana.

Rekor Oversubscription dalam IPO

IPO Superbank mencatat rekor kelebihan permintaan atau oversubscribed hingga 318,69 kali. Jumlah permintaan dari investor pun membludak, mencapai lebih dari 1 juta pesanan. Lonjakan permintaan ini secara jelas mengindikasikan tingginya antusiasme pasar terhadap prospek Superbank sebagai pemain kunci di sektor perbankan digital Indonesia. Pencapaian ini tidak hanya mengukuhkan posisi Superbank sebagai salah satu IPO terbesar di segmen bank digital di tanah air, tetapi juga menegaskan kembali kepercayaan investor terhadap arah transformasi digital dalam industri keuangan nasional.

Tingkat oversubscription yang sangat tinggi ini dinilai sebagai sinyal kuat yang menunjukkan kepercayaan pasar terhadap fundamental perusahaan, strategi pertumbuhan yang matang, serta prospek jangka panjang Superbank. Momentum positif ini juga didukung oleh peran aktif enam perusahaan sekuritas yang bertindak sebagai penjamin emisi, yang berhasil memperluas jangkauan penawaran IPO SUPA kepada publik.

Pandangan Para Ahli Pasar Modal

CEO Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya, menyoroti bahwa besarnya minat investor terhadap IPO Superbank merupakan sentimen positif yang signifikan bagi pasar modal Indonesia.

Asing Borong Saham BUMI, BKSL, MDKA, GOTO Rp 3,27 T

“IPO SUPA mencetak rekor dengan tingkat oversubscription mencapai 318 kali dan permintaan investor lebih dari 1 juta order. Ini mencerminkan kepercayaan pasar terhadap fundamental dan prospek Superbank. Respons seperti ini menunjukkan bahwa minat investor terhadap IPO sektor perbankan digital masih sangat kuat,” ujar Bernadus dalam keterangan pers, Selasa (16/12/2025).

Ia menambahkan, tingkat oversubscription yang tinggi ini diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap likuiditas perdagangan saham SUPA pasca-pencatatan. Selain itu, hal ini juga diharapkan dapat menjadi katalisator penting bagi pengembangan sektor perbankan digital di Indonesia secara keseluruhan. Dengan permintaan investor yang begitu kuat, IPO Superbank menjelma menjadi salah satu aksi korporasi yang paling menarik perhatian pasar menjelang akhir tahun 2025.

Mekanisme Penentuan Harga IPO

Dalam proses penawaran umum perdana, Superbank menetapkan harga sahamnya di level Rp 635 per saham. Harga ini berada di tengah-tengah kisaran harga penawaran awal yang telah ditetapkan, yaitu antara Rp 525 hingga Rp 695 per saham.

Direktur Utama PT Mandiri Sekuritas Indonesia, Oki Ramadhana, menjelaskan bahwa penetapan harga saham Superbank sepenuhnya didasarkan pada mekanisme pasar yang cermat. Proses ini mempertimbangkan keseimbangan antara kekuatan permintaan dan penawaran (supply and demand).

“Dalam proses bookbuilding, penjamin emisi melihat minat investor di berbagai level harga. Dari situ terlihat di mana permintaan paling kuat, dan harga akhirnya ditetapkan mendekati titik keseimbangan tersebut,” ujar Oki saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa (9/12/2025).

Saham Pilihan 17/12: IHSG Berpeluang Menguat

Oki menegaskan bahwa harga saham tidak ditentukan secara sepihak oleh satu pihak. Sebaliknya, harga tersebut merupakan hasil dari titik temu antara minat kuat dari para investor dan jumlah saham yang memang dialokasikan untuk dilepas ke publik. Pendekatan ini memastikan bahwa harga yang terbentuk merefleksikan nilai yang diinginkan oleh pasar dan ketersediaan saham yang ditawarkan.