Home / Hukum & Kriminal / Anak SD Bunuh Ibu: Misteri Kejanggalan Luka dan Tikaman

Anak SD Bunuh Ibu: Misteri Kejanggalan Luka dan Tikaman

Misteri Kematian Tragis: Kejanggalan Kasus Siswi SD Bunuh Ibu Kandung di Medan

Kasus pembunuhan yang melibatkan seorang siswi kelas 6 Sekolah Dasar berinisial SAS, alias Al, yang diduga membunuh ibu kandungnya sendiri, Faizah Soraya, di Medan, Sumatra Utara, menyimpan banyak kejanggalan yang mulai diungkap oleh keluarga besar korban. Peristiwa yang terjadi pada Rabu (10/12/2025) di kediaman mereka di Jalan Dwikora, Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, ini menimbulkan keraguan mendalam di benak keluarga mengenai keterlibatan Al yang sebenarnya.

Dimas, seorang anggota keluarga korban, menjadi pihak yang berani membeberkan berbagai temuan janggal terkait kematian Faizah. Ia mengungkapkan keraguan keluarga bahwa Al adalah pelaku tunggal dalam insiden yang merenggut nyawa ibu kandungnya tersebut.

Kronologi dan Kejanggalan Awal

Faizah Soraya ditemukan meninggal dunia di rumahnya pada Rabu (10/12/2025) sekitar pukul 05.00 WIB. Atas kejadian tersebut, putri bungsunya, Al, mengaku sebagai pelaku pembunuhan. Pengakuan ini sontak menimbulkan tanda tanya besar bagi keluarga besar korban.

Dimas merinci beberapa kejanggalan yang ia temukan, dimulai dari kronologi dugaan penikaman yang terjadi sekitar pukul 03.00 WIB. Menurut cerita Al, pada saat peristiwa tersebut, ia dan kakaknya tidur bersama sang ibu di kamar bawah, sementara sang ayah tidur di lantai atas.

Salah satu poin kejanggalan yang dipertanyakan oleh Dimas adalah mengapa korban tidak berteriak meminta tolong atau membangunkan suaminya saat kejadian tersebut berlangsung. “Pada saat kejadian penikaman, apakah korban tidak melawan anaknya sendiri dan berteriak?” tanyanya, menyiratkan keraguan atas narasi yang ada.

Propam ke Yanma: Mutasi Kombes Julihan Usai Dugaan Peras Anggota

Peran Sopir Ambulans dan Keterlambatan Evakuasi

Kejanggalan kedua muncul terkait peristiwa setelah warga mengetahui Faizah ditusuk berkali-kali. Dimas menceritakan bahwa seorang sopir ambulans sempat datang ke lokasi. Menurut keterangan sopir ambulans, kondisi korban saat ditemui masih hidup, namun proses evakuasi tidak segera dilakukan karena pihak ambulans merasa tertipu.

“Kakak menemukan mamanya bersimbah darah dan berteriak turunlah si jantan dan pada pukul 04.30 Wib datang ambulan dari colombia,” ujar Dimas.

Ia melanjutkan, “Menurut keterangan supir ambulan korban sudah megap-megap dan pihak ambulan menolak membawa korban, karena pihak ambulan mendapatkan konfirmasi adanya pendarahan bukan penyerangan atau penikaman. Dan posisi korban duduk bersandar di pintu lemari dan setelah dinyatakan meninggal kemudian diangkat ke tempat tidur.”

Dari keterangan sopir ambulans tersebut, Dimas kembali mempertanyakan mengapa suami korban, Alham, tidak segera meminta bantuan warga setelah kejadian pukul 03.00 WIB. “Dari waktu 03.00 Wib sampai ambulan datang, apakah tidak ada meminta bantuan warga setempat?” tanyanya. Ia berpendapat, jika suami korban bertindak cepat, Faizah mungkin saja bisa diselamatkan, mengingat korban masih hidup saat ambulans tiba.

Permintaan Terakhir Korban dan Jumlah Luka yang Meragukan

Kejanggalan ketiga yang diungkap Dimas adalah terkait permintaan terakhir korban. Disebutkan bahwa saat ditemukan warga dalam kondisi berlumuran darah, korban sempat meminta diambilkan minum. Polisi baru tiba di rumah korban sekitar pukul 05.00 WIB setelah mendapatkan laporan dari warga.

ASN yang Selingkuh di Bogor Digerebek Anak Sendiri Dipecat

Selanjutnya, kejanggalan keempat berkaitan dengan jumlah luka tusukan pada tubuh korban. Dimas merasa ragu keponakannya yang masih duduk di bangku kelas 6 SD mampu melakukan penusukan puluhan kali terhadap ibu kandungnya.

“Logika, ini adek masih kelas 6 SD bukan SMP ya kawan-kawan dan luka tusuk ada 20 tusukan. Logika saja nggak teriak mamaknya kalau nggak dibekap,” kata Dimas. Ia menambahkan bahwa luka tusukan ditemukan di berbagai bagian tubuh korban, termasuk punggung, perut, tangan, kaki, dan kepala.

Luka di Tangan Pelaku dan Kakaknya

Kejanggalan kelima yang menjadi sorotan adalah tidak ditemukannya luka pada tangan terduga pelaku, Al. Ironisnya, yang memiliki luka di tangan setelah insiden tersebut justru kakaknya. Hal ini semakin memperkuat dugaan keluarga bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam kronologi yang disampaikan.

Tindakan Kepolisian dan Keterangan Saksi

Menanggapi berbagai kejanggalan yang muncul, Dimas mendesak pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus kematian Faizah Soraya. Pihak kepolisian sendiri telah melakukan rekonstruksi di Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan menghadirkan terduga pelaku Al, kakaknya, dan sang ayah, Alham.

Sebelumnya, Al telah dibawa ke Polrestabes Medan untuk menjalani pemeriksaan intensif. Dalam proses olah TKP, Al didampingi oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) serta keluarga. Kasat Reskrim Polrestabes Medan, AKBP Bayu Putro Wijayanto, mengonfirmasi bahwa pelaku masih dalam proses pendalaman dan pemeriksaan dengan pendampingan.

Kronologi Kapolsek Pura-pura Jadi Pak Haji Tangkap Perampok di Cileungsi

Kehidupan Keluarga yang Tertutup

Di samping kejanggalan dalam kasus pembunuhan, keterangan dari tetangga mengungkap bagaimana kehidupan keluarga korban. Faizah Soraya (42), ibu rumah tangga yang tewas, dikenal sebagai sosok yang tertutup dan jarang bersosialisasi dengan warga sekitar.

Keluarga tersebut telah tinggal di Kompleks Jalan Dwikora selama kurang lebih 20 tahun. Hubungan mereka dengan tetangga sangat terbatas, bahkan interaksi hanya sebatas sapaan tanpa obrolan panjang.

Aktivitas harian Faizah lebih banyak dihabiskan bersama kedua anaknya, Shamikha Alzena Siagian dan SAS. Ia rutin mengantar jemput anak-anaknya ke sekolah dan kerap mengajak mereka berjalan-jalan. Namun, warga jarang melihat Faizah bersama suaminya, Alham Humala Siagian, di luar rumah.

Dugaan Perpecahan dalam Rumah Tangga

Informasi yang beredar di kalangan tetangga juga menyebutkan adanya dugaan perpecahan dalam rumah tangga Faizah dan Alham. Pasangan ini diduga telah lama pisah ranjang, dengan Faizah tidur bersama kedua anaknya di lantai satu, sementara sang suami menempati kamar di lantai dua.

Meskipun dari luar keluarga ini tampak baik-baik saja, warga mengaku pernah mendengar suara pertengkaran dari dalam rumah, termasuk suara barang dibanting. Faizah juga disebut sering memarahi anak pertamanya, Shamikha, hingga suaranya terdengar keluar rumah. Sang suami, Alham, diketahui sering bepergian ke luar kota untuk bekerja, sehingga jarang berada di rumah.

Kasus ini masih terus didalami oleh pihak kepolisian, dengan harapan seluruh misteri dan kejanggalan yang menyelimuti kematian tragis Faizah Soraya dapat terungkap secara terang benderang.