Home / Kesehatan Masyarakat / Video: Ketambe Pasca-Banjir: Ancaman Penyakit di Minggu Ketiga

Video: Ketambe Pasca-Banjir: Ancaman Penyakit di Minggu Ketiga

Lumpur dan Debu Masih Menghantui Aceh Tenggara Pasca Banjir Bandang, Penyakit Mengintai Pengungsi

ACEH TENGGARA – Memasuki hari kedua puluh pasca banjir bandang yang menerjang Kecamatan Ketambe, Kabupaten Aceh Tenggara, sisa-sisa kehancuran masih terlihat jelas. Jalan nasional di wilayah yang terdampak bencana masih diselimuti oleh lapisan tebal material lumpur dan debu. Endapan ini merupakan saksi bisu dari luapan ganas Sungai Alas yang menghancurkan permukiman warga.

Kondisi lingkungan yang belum pulih sepenuhnya ini diduga kuat menjadi pemicu munculnya berbagai penyakit di kalangan para pengungsi dan masyarakat yang kehilangan harta benda. Data dari lapangan menunjukkan lonjakan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), diare, penyakit kulit yang menyebabkan gatal-gatal, hingga gangguan asam lambung yang semakin memberatkan penderita.

Menurut laporan dari Kepala Puskesmas Jambu Laklak, Nelly Afni, jumlah korban banjir yang mendatangi posko kesehatan untuk berobat setiap harinya mencapai angka yang mengkhawatirkan, yakni antara 60 hingga 70 orang. “Mayoritas pasien yang kami tangani saat ini adalah mereka yang menderita ISPA dan berbagai jenis penyakit kulit,” ujar Nelly Afni. Ia menambahkan bahwa debu yang beterbangan akibat material banjir yang mengering menjadi salah satu faktor utama penyebaran penyakit pernapasan.

Untuk memastikan penanganan medis yang memadai bagi para korban, pihak Puskesmas telah bergerak cepat dengan membuka lima posko kesehatan di beberapa desa yang paling parah terdampak. Desa-desa tersebut meliputi Bener Bepapah, Leuser, Ketambe, Simpur Jaya, dan Lak-Lak. Keberadaan posko-posko ini sangat vital dalam memberikan akses cepat terhadap layanan kesehatan bagi mereka yang membutuhkan.

Selain posko kesehatan, Puskesmas juga telah menempatkan dua unit mobil ambulans yang siap siaga di lokasi bencana. Empat orang dokter jaga juga disiagakan secara bergantian untuk memastikan penanganan medis dapat berjalan optimal, baik untuk kasus darurat maupun konsultasi kesehatan rutin.

Ketersediaan Obat dan Rujukan Pasien

Menanggapi kekhawatiran mengenai ketersediaan pasokan medis, Nelly Afni memastikan bahwa stok obat-obatan yang ada saat ini masih mencukupi untuk menangani para korban banjir. “Kami memiliki persediaan obat yang cukup untuk penyakit-penyakit umum yang diderita para pengungsi,” jelasnya.

Namun demikian, situasi yang ada juga mengharuskan adanya penanganan khusus bagi beberapa pasien. Beberapa warga yang memiliki riwayat penyakit bawaan atau kondisi medis yang lebih serius telah dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sahuddin Kutacane. Rujukan ini dilakukan untuk memastikan mereka mendapatkan penanganan medis yang lebih komprehensif dan spesifik sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing.

Proses pemulihan pasca banjir bandang di Aceh Tenggara masih membutuhkan waktu dan upaya berkelanjutan. Selain penanganan medis, aspek kebersihan lingkungan dan penyediaan air bersih juga menjadi prioritas untuk mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut. Kepedulian dan bantuan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk meringankan beban para korban dan mempercepat proses pemulihan di Kecamatan Ketambe dan sekitarnya.

Banjir bandang yang terjadi pada awal bulan ini meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat Aceh Tenggara. Kerusakan infrastruktur, hilangnya tempat tinggal, dan dampak kesehatan yang muncul menjadi tantangan berat yang harus dihadapi bersama. Upaya pembersihan material sisa banjir, perbaikan infrastruktur dasar, serta pemulihan kondisi psikologis masyarakat menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah daerah dan seluruh elemen masyarakat.

Pemerintah daerah bersama dengan berbagai organisasi kemanusiaan terus berupaya memberikan bantuan kepada para korban. Bantuan yang diberikan mencakup kebutuhan pokok seperti makanan, air bersih, pakaian, serta perlengkapan sanitasi. Edukasi mengenai kesehatan lingkungan dan pencegahan penyakit juga terus digalakkan kepada para pengungsi agar mereka dapat menjaga kesehatan di tengah kondisi yang serba terbatas.

Proses pemulihan ini tidak hanya bersifat fisik, namun juga membutuhkan dukungan moral dan psikologis. Banyak warga yang trauma akibat bencana yang menimpa mereka. Pendampingan psikologis menjadi salah satu aspek penting dalam membantu mereka bangkit kembali dan melanjutkan kehidupan.

Kondisi jalan nasional yang masih dipenuhi lumpur dan debu tidak hanya menghambat aktivitas warga, tetapi juga menyulitkan akses bagi para relawan dan petugas medis yang ingin menjangkau lokasi-lokasi terpencil. Pembersihan jalan ini menjadi salah satu prioritas utama agar distribusi bantuan dan mobilitas masyarakat dapat kembali normal.

Meskipun demikian, semangat gotong royong dan solidaritas masyarakat Aceh Tenggara patut diacungi jempol. Berbagai elemen masyarakat, termasuk para pemuda, tokoh adat, dan relawan, bahu-membahu membersihkan sisa-sisa banjir dan membantu sesama. Semangat kebersamaan ini menjadi modal penting dalam menghadapi masa sulit pasca bencana.

Pemerintah daerah telah mengalokasikan anggaran darurat untuk penanganan bencana dan pemulihan pasca banjir. Namun, skala kerusakan yang cukup luas menunjukkan bahwa upaya pemulihan akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan sumber daya yang signifikan. Kerjasama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi dampak bencana ini.

Diharapkan, dengan upaya bersama dan dukungan yang berkelanjutan, Kecamatan Ketambe dan wilayah Aceh Tenggara lainnya dapat segera pulih dari bencana banjir bandang ini. Pemulihan bukan hanya tentang membangun kembali infrastruktur yang rusak, tetapi juga tentang mengembalikan kehidupan masyarakat yang terdampak ke kondisi yang lebih baik.