Home / Ekonomi & Bisnis / Rupiah Tertekan Menjelang Pengumuman Suku Bunga BI

Rupiah Tertekan Menjelang Pengumuman Suku Bunga BI

Pada perdagangan pagi hari ini, Rabu (17/12), nilai tukar rupiah menunjukkan tren pelemahan yang mendekati angka 16.700 per dolar Amerika Serikat. Meskipun demikian, terdapat optimisme bahwa mata uang Garuda ini akan mampu menguat terhadap dolar AS pada siang hari, didukung oleh berbagai faktor global serta prospek kebijakan dari Bank Indonesia (BI).

Analisis Pergerakan Rupiah dan Faktor Pendukung Penguatan

Para analis memperkirakan bahwa rupiah masih akan berada dalam fase konsolidasi, namun dengan potensi penguatan yang terbatas terhadap dolar AS. Salah satu faktor yang memicu prediksi ini adalah data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang dilaporkan mengecewakan. Data ini secara umum memberikan sentimen positif bagi mata uang negara berkembang seperti rupiah, karena dapat memengaruhi keputusan kebijakan moneter The Fed.

Selain itu, pasar keuangan domestik juga tengah mengantisipasi hasil dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang dijadwalkan berlangsung pada hari yang sama. Para pengamat memprediksi bahwa Bank Indonesia kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga acuannya pada level saat ini. Namun, terdapat pula sinyal yang mengindikasikan kemungkinan adanya pemangkasan suku bunga di masa mendatang. Keputusan suku bunga BI ini sangat krusial karena akan memengaruhi daya tarik investasi di Indonesia dan secara langsung berdampak pada pergerakan nilai tukar rupiah.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, rentang pergerakan rupiah diprediksi akan berada di kisaran Rp 16.600 hingga Rp 16.700 per dolar AS.

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Hingga Siang Hari

Berdasarkan data yang tercatat pada pagi hari ini, rupiah tercatat membuka perdagangan di level Rp 16.666 per dolar AS. Angka ini menunjukkan penguatan tipis sebesar 25 poin dibandingkan dengan penutupan perdagangan pada hari sebelumnya. Namun, seiring berjalannya waktu, tepatnya hingga pukul 10.23 WIB, pergerakan rupiah terpantau melemah dan berada di kisaran 16.695 per dolar AS. Fluktuasi ini menunjukkan dinamika pasar yang cukup tinggi dalam menyerap berbagai informasi ekonomi.

Asing Borong Saham BUMI, BKSL, MDKA, GOTO Rp 3,27 T

Proyeksi Penguatan Rupiah dan Peran Data Ekonomi AS

Para pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas, seperti Ibrahim Assuaibi, turut memproyeksikan pergerakan rupiah yang serupa. Ia menyatakan bahwa mata uang rupiah cenderung fluktuatif, namun diproyeksikan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.650 hingga Rp 16.690 per dolar AS pada akhir sesi perdagangan.

Fokus pasar tidak hanya tertuju pada kebijakan domestik, tetapi juga pada rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat. Salah satu data yang paling dinanti adalah data inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) AS, yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Kamis waktu setempat. Data inflasi ini, bersama dengan data pasar tenaga kerja AS yang telah dirilis sebelumnya, akan menjadi pertimbangan utama bagi The Fed dalam merumuskan kebijakan moneter selanjutnya.

Ibrahim Assuaibi menekankan bahwa kekuatan pasar tenaga kerja dan tingkat inflasi merupakan dua faktor kunci yang akan memengaruhi keputusan The Fed untuk mengubah kebijakan moneternya. Bank sentral Amerika Serikat ini sendiri telah berulang kali menegaskan komitmennya untuk mengambil keputusan berdasarkan data yang ada, terutama dalam seminggu terakhir. Pergerakan suku bunga The Fed memiliki dampak global yang signifikan, termasuk terhadap nilai tukar rupiah, sehingga pasar akan mencermati setiap indikasi dari bank sentral AS tersebut.