Pergeseran Arus Dana Asing: Dari Penjualan ke Potensi Masuk Kembali ke Saham Perbankan Jumbo di 2026
Tahun 2025 menjadi periode yang menarik bagi pasar modal Indonesia, ditandai dengan aksi jual bersih atau net sell signifikan oleh investor asing terhadap sejumlah saham unggulan. Namun, seiring berjalannya waktu dan memasuki tahun 2026, tren ini diprediksi akan berbalik arah. Analis melihat adanya potensi kuat bagi dana asing untuk kembali mengalir ke saham-saham berkapitalisasi besar, khususnya di sektor perbankan jumbo.
Dominasi Aksi Jual Asing di 2025
Berdasarkan data yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar saham Indonesia mengalami net sell asing senilai Rp26,35 triliun sepanjang tahun 2025 hingga pertengahan Desember. Sejumlah saham, terutama dari kelompok bank-bank besar, menjadi sasaran utama aksi jual tersebut.
Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) memimpin daftar saham yang paling banyak dijual asing, dengan total net sell mencapai Rp27,2 triliun selama tahun 2025. Posisi selanjutnya ditempati oleh PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) yang mencatatkan net sell asing sebesar Rp13,83 triliun.
Selain kedua bank raksasa tersebut, bank jumbo lainnya juga tak luput dari aksi jual asing:
- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI): Mencatat net sell asing sebesar Rp7,93 triliun.
- PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI): Mengalami net sell asing senilai Rp4,24 triliun.
Tidak hanya sektor perbankan, saham-saham dari sektor lain juga mengalami tekanan jual dari investor asing, di antaranya:
- PT Bumi Resources Tbk. (BUMI): Mencatatkan net sell asing sebesar Rp3,07 triliun.
- PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN): Mengalami net sell asing senilai Rp2,2 triliun.
Analisis Penyebab Aksi Jual dan Prediksi Pergeseran Arah Dana di 2026
Menurut Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, keluarnya dana asing dari saham-saham bank jumbo pada tahun 2025 didorong oleh tren suku bunga acuan global yang masih tinggi. Kondisi ini membuat investor cenderung mencari aset yang memberikan imbal hasil lebih menarik di pasar lain.
Namun, Ekky memproyeksikan adanya pergeseran pergerakan dana asing pada tahun 2026. “Arah aliran dana asing pada 2026 memiliki peluang bergeser kembali ke saham-saham berkapitalisasi besar, terutama sektor perbankan jumbo,” ujarnya.
Pola pergeseran ini bahkan sudah mulai terlihat sejak akhir tahun 2025. Saham BBCA dan BMRI dilaporkan mulai kembali menyerap pembelian bersih atau net buy asing dalam jumlah yang signifikan. Dalam sebulan terakhir menjelang akhir tahun 2025, BMRI mencatatkan net buy asing sebesar Rp3,15 triliun, sementara BBCA membukukan net buy asing sebesar Rp451,51 miliar.
Kondisi ini diinterpretasikan sebagai fase awal rebalancing portofolio oleh investor asing, setelah hampir setahun melakukan rotasi ke sektor-sektor non-perbankan.
Tiga Faktor Utama Pendorong Masuknya Dana Asing ke Bank Jumbo di 2026
Keberlanjutan arus masuk atau inflow dana asing ke saham bank jumbo di tahun 2026 diperkirakan akan semakin kuat, didorong oleh tiga faktor utama:
Lingkungan Suku Bunga Global yang Lebih Rendah:
Penurunan suku bunga acuan global, terutama oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed), akan menjadi katalis penting. Sektor perbankan sangat sensitif terhadap penurunan biaya dana. Hal ini akan berdampak positif pada margin bunga bersih (net interest margin/NIM) dan juga secara sentimen melalui peningkatan arus modal masuk. “Jika The Fed memasuki fase pelonggaran lebih konsisten, investor global cenderung menambah eksposur pada saham-saham defensif dan likuid seperti BBCA, BMRI, dan BBRI,” jelas Ekky.Prospek Makroekonomi Domestik yang Kondusif:
Dari sisi domestik, prospek pertumbuhan kredit yang membaik, stabilitas nilai tukar rupiah, dan ekspektasi penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) akan menciptakan kombinasi yang sangat menguntungkan bagi sektor perbankan. Bank-bank jumbo, dengan skala dan modal yang lebih besar, memiliki keunggulan leverage untuk menikmati pemulihan NIM dan peningkatan kualitas aset dibandingkan bank lapis kedua. Hal ini menjadikan mereka kandidat utama untuk menerima capital inflow asing, terutama dari sisi risk-adjusted return.Valuasi yang Menarik:
Pada tahun 2026, valuasi saham-saham bank jumbo seperti BBCA dan BMRI dipandang masih tergolong menarik. Saham-saham ini diperdagangkan di bawah rata-rata valuasi historisnya, membuka peluang re-rating yang signifikan ketika laba perusahaan kembali menunjukkan pertumbuhan positif. “Ini membuat inflow asing berpeluang lebih stabil dan terarah pada bank jumbo dibanding tahun sebelumnya,” tambah Ekky.
Selektivitas dan Fundamental Menjadi Kunci Pergerakan Dana Asing
Analis Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer, turut berpendapat bahwa pergerakan dana asing pada tahun 2026 akan cenderung lebih selektif dan berbasis pada fundamental perusahaan. Kondisi ini sejalan dengan meredanya ketidakpastian suku bunga global dan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter dari The Fed maupun Bank Indonesia.
Miftahul memproyeksikan saham-saham bank jumbo seperti BBCA dan BMRI akan kembali menjadi primadona bagi aliran dana asing di tahun 2026. Indikasi awal dari tren ini sudah terlihat pada akhir 2025, di mana dana asing mulai kembali mengalir ke saham-saham perbankan besar.
“Kembalinya arus dana asing ke bank jumbo seperti BBCA dan BMRI di akhir 2025 ini kami kira sebagai sinyal awal rebalancing, dan berpotensi berlanjut pada 2026 apabila pertumbuhan katalis seperti kredit yang mulai membaik, kualitas aset, dan margin profitabilitas yang mulai rebound,” ujar Miftahul.
Sentimen Penting yang Memengaruhi Pergerakan Dana Asing di 2026
Beberapa sentimen kunci yang diperkirakan akan memengaruhi pergerakan dana asing di pasar modal Indonesia pada tahun 2026 meliputi:
- Stabilitas nilai tukar rupiah.
- Arah kebijakan suku bunga global dan dampaknya terhadap likuiditas internasional.
- Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan.
- Dinamika dan perkembangan perang dagang global yang dapat memengaruhi sentimen investasi secara umum.
Dengan adanya kombinasi faktor positif dari sisi suku bunga, makroekonomi domestik, dan valuasi yang menarik, tahun 2026 berpotensi menjadi tahun kembalinya kepercayaan investor asing terhadap saham-saham unggulan di Indonesia, khususnya sektor perbankan jumbo.
