Home / Trending / Dapur MBG: Gerbang Ekonomi Sirkular

Dapur MBG: Gerbang Ekonomi Sirkular

Di sebuah kawasan yang berjarak sekitar setengah jam dari pusat Kota Bogor, berdiri sebuah dapur gizi yang mencolok dengan tembok bercat biru muda. Di dalamnya, puluhan relawan terlihat sibuk melakukan berbagai aktivitas: ada yang masih memasak, menata lauk pauk, hingga menyiapkan paket makanan untuk didistribusikan.

Dapur ini bukan sekadar tempat untuk mengolah makanan. Ia telah menjelma menjadi pusat yang menyatukan perjuangan melawan stunting, mendorong kemandirian pangan, dan mengimplementasikan pengelolaan limbah tanpa sisa. Dari sinilah Jimmy Hantu, sapaan akrabnya, Pembina Yayasan Mutiara Keraton Solo (YMKS) sekaligus mitra Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bogor Tamansari Sukamantri, Kabupaten Bogor, memulai inisiatif yang kini memberikan dampak positif bagi ribuan anak.

Perjuangan Mandiri Melawan Stunting

Jauh sebelum terlibat dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas oleh Badan Gizi Nasional (BGN), Jimmy telah merintis “Rumah Cegah Stunting” secara mandiri. Program inovatif ini dimulai pada November 2024 dengan prinsip yang sangat sederhana namun krusial: anak-anak yang mengalami stunting harus mendapatkan asupan makanan bergizi setiap hari, dengan takaran yang terukur.

Jimmy menjelaskan, “Karena sebelumnya saya hanya membagikan telur, beras, dan bahan pangan lainnya, angka stunting tidak pernah berhasil turun secara signifikan.” Pendekatan yang berbeda ini segera membuahkan hasil yang luar biasa. Dalam bulan pertama pelaksanaannya, Jimmy melaporkan bahwa 57 persen anak yang mengikuti program berhasil terbebas dari stunting. Anak-anak tidak hanya menerima bahan pangan mentah, melainkan makanan siap santap yang langsung dikonsumsi bersama.

“Akhirnya, saya memutuskan untuk mengumpulkan semua anak stunting ini setiap hari di tempat kami,” ungkapnya, menekankan pentingnya konsumsi bersama dalam lingkungan yang mendukung.

Biaya Kuliah ITB Jalur SSU: Ganti Seleksi Mandiri

Pendekatan Holistik: Gizi dan Tumbuh Kembang

Lebih dari sekadar penyediaan makanan, aspek pemantauan tumbuh kembang anak juga menjadi prioritas utama. Setiap hari Sabtu, sebuah aula yang dimilikinya menjadi tempat berkumpul bagi anak-anak dan balita untuk sesi penimbangan dan evaluasi perkembangan. “Kami kembali memeriksa berat badan, tinggi badan, bahkan sampai bagaimana perkembangan IQ mereka,” ujar Jimmy. Baginya, pencegahan stunting tidak dapat hanya berhenti pada pemberian makanan, melainkan memerlukan pendampingan yang berkelanjutan dan komprehensif.

Kolaborasi Strategis dengan Badan Gizi Nasional

Keberhasilan program mandiri Jimmy inilah yang akhirnya menarik perhatian Badan Gizi Nasional (BGN). Pada awal Januari 2025, Jimmy diminta untuk membuka dapur SPPG guna mendukung program unggulan Presiden Prabowo Subianto tersebut. Program ini awalnya ditujukan untuk ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan kelompok dengan kekurangan energi kronis (KEK). Namun, dengan adanya kolaborasi ini, anak-anak usia sekolah juga menjadi penerima manfaat.

“Posyandu dan Ibu Hamil menjadi prioritas utama. Ini sebenarnya melanjutkan program stunting kami yang sudah ada sebelumnya, jadi ini seperti satu langkah untuk dua tujuan,” jelas Jimmy, yang sebelumnya pernah berkarir sebagai wartawan di salah satu media nasional.

Saat ini, terdapat dua dapur SPPG yang beroperasi di lokasi tersebut, masing-masing dengan kapasitas produksi sekitar 4.000 porsi per hari. Rencananya, kapasitas ini akan dibagi ke satu dapur tambahan yang masih dalam tahap pembangunan, sejalan dengan aturan terbaru dari BGN yang menetapkan maksimal 3.000 porsi per dapur.

Konsep “Zero Waste” yang Inovatif

Selain fokus utama pada pencegahan stunting, yang membedakan dapur SPPG ini dari dapur-dapur lainnya bukanlah dari segi penerima manfaatnya, melainkan dari cara Jimmy memastikan tidak ada makanan yang terbuang atau sisa limbah dari seluruh proses produksinya.

Lembah Anai Dibuka Kembali Pasca Banjir

Limbah makanan yang tidak mengandung lemak diolah menjadi pakan ikan. Sementara itu, limbah yang berminyak dimanfaatkan sebagai pakan bagi unggas seperti bebek, entok, dan kalkun. Daun-daunan sisa pengolahan diubah menjadi kompos yang bermanfaat, dan sisa kayu dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk pabrik tahu miliknya. Sistem pengelolaan limbah yang terintegrasi ini membuat dapur beroperasi tanpa beban sampah. “Nol persen limbah. Justru berapa pun limbah yang dihasilkan, itu yang kami butuhkan,” tegasnya.

Pengelolaan limbah yang cermat ini terhubung langsung dengan ekosistem pangan yang menopang program MBG. Jimmy memiliki berbagai unit usaha yang saling mendukung, termasuk kebun, kolam ikan, peternakan, hingga pabrik tahu. Dengan ekosistem pangan yang terintegrasi ini, biaya produksi dapat ditekan seminimal mungkin. Tidak hanya itu, ia juga menggandeng Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di sekitar wilayahnya untuk turut serta memenuhi kebutuhan dapurnya.

“Kalau istilah kerennya adalah Ekonomi Sirkular, tapi kalau saya menyebutnya ‘The Real Food Estate’,” ungkapnya dengan bangga, menggambarkan konsep kemandirian pangan yang ia wujudkan.

Dampak Sosial yang Luas

Ekosistem dapur SPPG yang dikelolanya ini tidak hanya memberikan manfaat dari sisi pangan dan lingkungan, tetapi juga menciptakan dampak sosial yang signifikan. Sebanyak 98 persen pekerjanya berasal dari warga sekitar, dengan rentang usia 18 hingga 50 tahun, termasuk mereka yang memiliki disabilitas. Seluruh pekerja mendapatkan gaji, bekerja dengan sistem shift yang teratur, dan terdaftar dalam program BPJS Ketenagakerjaan.

“Sekarang anak-anak muda di sini tidak ada lagi yang terlibat tawuran atau melakukan hal-hal negatif lainnya, karena saya kumpulkan semua di sini,” ujarnya, menyoroti bagaimana lapangan kerja dan kegiatan positif dapat mengubah kehidupan sosial masyarakat.

Basral: Permata Langka Indonesia yang Baru Bersinar

Dari dapur yang nyaris tanpa sampah ini, Jimmy Hantu telah membuktikan bahwa perang melawan stunting dapat dimulai dari hal yang paling mendasar: makanan yang benar-benar dikonsumsi, lingkungan yang berkelanjutan, dan komitmen penuh untuk masa depan generasi penerus bangsa.