Perdagangan karbon, sebuah isu yang semakin mendunia, kini menjadi sorotan utama berbagai negara dan korporasi. Fenomena ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan sebuah evolusi signifikan dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim dan menciptakan nilai ekonomi dari aksi lingkungan. Dalam konteks inilah, EDENA Capital Nusantara, berkolaborasi dengan Indonesia Carbon Trade Association (IDCTA), sukses menggelar Carbon Digital Conference (CDC) 2025 yang diselenggarakan pada tanggal 8 hingga 9 Desember 2025.
Acara bergengsi ini berhasil menarik perhatian lebih dari 400 pemimpin global, menunjukkan betapa pentingnya isu perdagangan karbon di kancah internasional. Kehadiran tokoh-tokoh penting seperti Hanif Faisol Nurofiq, Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia, dan Muhammad Farhan, Walikota Bandung, menggarisbawahi komitmen Indonesia dalam mendorong pasar karbon. Selain itu, delegasi dari berbagai negara, termasuk duta besar dari Rusia, Korea, dan Inggris, serta perwakilan dari Provinsi Hainan, Tiongkok, turut serta meramaikan konferensi. Sektor korporasi juga menunjukkan minat yang tinggi dengan hadirnya eksekutif dari perusahaan raksasa seperti BP, Shell, ExxonMobil, POSCO, dan Hyundai E&C. Keterlibatan institusi global seperti World Bank IFC, KOTRA, dan JETRO semakin memperkuat signifikansi konferensi ini.
Dukungan dari berbagai kementerian di Indonesia, seperti Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Kehutanan, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan, menunjukkan sinergi yang kuat antara pemerintah dan sektor swasta dalam mengembangkan pasar karbon.
Visi EDENA dalam Membangun Jembatan Keuangan Karbon
Dalam salah satu sesi penting konferensi, Wook Lee, CEO EDENA Capital Nusantara, memaparkan visi ambisius perusahaannya. EDENA bertekad untuk menjadi jembatan vital yang menghubungkan negara-negara berkembang yang memiliki potensi karbon tinggi dengan sumber pendanaan institusional global. Pendekatan ini diharapkan dapat membuka peluang baru bagi negara berkembang untuk berpartisipasi aktif dalam ekonomi hijau sekaligus menerima manfaat finansial dari upaya konservasi dan pengurangan emisi mereka.
Pada hari kedua konferensi, Yayang Ruzaldy, Vice President EDENA, tampil sebagai pembicara utama. Momen penting dalam sesi ini adalah peresmian kemitraan strategis antara EDENA dan IDCTA melalui penandatanganan nota kesepahaman (MOU). Kemitraan ini diharapkan dapat memperkuat ekosistem perdagangan karbon di Indonesia dan kawasan sekitarnya, menciptakan platform yang lebih terstruktur dan efisien.
Kredit Karbon: Dari Aksi Lingkungan Menjadi Aset Ekonomi
Wook Lee menekankan bahwa pasar karbon telah mencapai titik krusial, di mana kredit karbon kini dapat dianggap sebagai kelas aset yang sah dan memiliki nilai ekonomi yang nyata. “Pasar karbon telah mencapai titik balik di mana kredit karbon menjadi kelas aset yang sesungguhnya,” ujar Wook Lee.
Transformasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Wook Lee memberikan contoh konkret dari Korea Selatan, di mana pemerintahnya baru-baru ini memberikan insentif berupa kredit karbon kepada pemilik kendaraan listrik. Hal ini mencerminkan pergeseran paradigma global, di mana tindakan yang mendukung lingkungan kini dapat diterjemahkan langsung menjadi nilai ekonomi. EDENA, dengan visinya, berupaya membangun infrastruktur yang dibutuhkan untuk memfasilitasi transformasi ekonomi hijau ini di lebih dari 70 negara.
Diskusi Mendalam dan Peluang Bisnis di CDC 2025
Konferensi CDC 2025 menjadi platform yang sangat efektif untuk diskusi mendalam mengenai berbagai aspek krusial dalam pengembangan pasar karbon. Salah satu topik utama yang dibahas adalah mengenai kerangka regulasi pasar karbon di Indonesia, yang menjadi pondasi penting bagi pertumbuhan pasar yang stabil dan terpercaya.
Selain itu, perkembangan proyek Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) secara global juga menjadi sorotan. Teknologi CCUS memegang peranan penting dalam mitigasi emisi karbon, terutama bagi industri-industri berat. Diskusi mengenai kerja sama pasar karbon trilateral antara Korea, Jepang, dan Indonesia juga menjadi agenda penting, menunjukkan potensi kolaborasi regional yang kuat untuk mempercepat transisi energi.
Sesi “Carbon Bazaar” menjadi panggung bagi 15 proyek karbon berskala besar untuk dipresentasikan kepada para calon investor. Ini memberikan visibilitas yang sangat dibutuhkan bagi pengembang proyek dan kesempatan bagi investor untuk menemukan peluang investasi yang menarik. Lebih lanjut, segmen “Business Matching” dirancang khusus untuk memfasilitasi negosiasi langsung antara para pengembang proyek dan investor, mempercepat proses pembentukan kemitraan dan pendanaan.
Posisi Strategis EDENA dalam Lanskap Pasar Karbon Global
EDENA Capital Nusantara menempatkan dirinya pada posisi yang sangat strategis dalam peta pasar karbon global. Dengan Indonesia sebagai hub utama untuk kawasan ASEAN, EDENA memiliki potensi besar untuk menjadi pemain kunci di pasar Asia Tenggara. Lebih jauh lagi, ekspansi ke Mesir membuka gerbang bagi EDENA untuk menjangkau pasar Timur Tengah dan Afrika (MENA) serta benua Afrika secara keseluruhan.
Perusahaan ini secara aktif mengembangkan bursa efek digital yang telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah di berbagai yurisdiksi. Inovasi ini tidak hanya terbatas pada tokenisasi kredit karbon, tetapi juga meluas ke aset-aset lain seperti ekuitas perusahaan, emas, real estat, dan berbagai aset dunia nyata lainnya. Pendekatan diversifikasi ini menunjukkan komitmen EDENA untuk menciptakan ekosistem keuangan digital yang komprehensif dan inovatif.
Keberhasilan EDENA sebagai salah satu co-host dalam penyelenggaraan CDC 2025 semakin memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam ekosistem pasar karbon yang terus berkembang pesat. Komitmen EDENA untuk mempercepat pembiayaan iklim melalui infrastruktur digital yang inovatif menjadi bukti nyata kontribusinya dalam mendorong aksi iklim global yang lebih efektif dan efisien.
