Kota Bandung, sebuah kota yang tak pernah kehabisan pesona kuliner, menawarkan sejuta rasa mulai dari jajanan kekinian hingga hidangan legendaris yang telah bertahan lintas generasi. Di tengah gempuran tren kuliner modern, beberapa warisan rasa justru semakin kokoh berdiri, membuktikan kualitasnya yang tak lekang oleh waktu. Salah satu permata kuliner Bandung yang telah berusia satu abad adalah Tahu Talaga Yun Sen.
Berlokasi di Jalan Sudirman 227, Cibadak, Kecamatan Astanaanyar, Tahu Talaga Yun Sen mungkin memerlukan sedikit usaha untuk ditemukan karena akses masuknya berupa gang sempit sepanjang kurang lebih 20 meter. Namun, pengalaman yang ditawarkan di balik gang tersebut jauh melampaui ekspektasi. Tempat ini bukan sekadar pabrik tahu; ia adalah monumen hidup yang mengajarkan tentang pentingnya menjaga kualitas, merawat kepercayaan pelanggan, dan menghormati akar lokal.
Jejak Sejarah Tahu Talaga Yun Sen
Kisah Tahu Talaga Yun Sen dimulai pada tahun 1923, didirikan oleh Liu Phak Phine, kakek dari pemilik saat ini, Hendra Gunawan. Awalnya, pabrik ini diberi nama “Yun Sen,” yang memiliki makna filosofis “seterusnya maju.” Nama ini lahir dari semangat juang Liu Phak Phine yang telah menghabiskan 15 tahun bekerja di perusahaan pertambangan di era kolonial Belanda.
Bersama sang istri, Mak Ilot, seorang wanita asli Talaga, Majalengka, Liu Phak Phine mengubah rumah sederhana mereka menjadi sebuah pabrik tahu. Kolaborasi budaya antara perantau dan penduduk lokal ini menjadi fondasi yang kuat bagi bisnis tahu yang kini dikenal luas di Bandung. Seiring berjalannya waktu, nama “Talaga” ditambahkan untuk menghormati tanah kelahiran Mak Ilot, sekaligus menjadi penanda akar mula bisnis ini.
Generasi Ketiga dengan Sentuhan Modern
Hendra Gunawan, generasi ketiga penerus bisnis ini, adalah lulusan Teknik Mesin dari California State University, Long Beach, Amerika Serikat. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan pemahaman mendalam tentang bisnis warisan leluhurnya, Hendra membawa sentuhan modern yang memadukan tradisi dengan perkembangan zaman.
Ia menerapkan standar produksi dan kualitas produk yang sangat ketat, sebuah komitmen yang diwariskan turun-temurun. Inovasi menjadi salah satu kunci keberlangsungannya. Hendra tidak hanya berfokus pada menjaga kualitas, tetapi juga berinovasi dengan meluncurkan produk tahu organik dan memperluas jangkauan pemasarannya hingga ke berbagai kota besar seperti Jakarta dan bahkan hingga ke Pulau Dewata, Bali.
Filosofi Kejujuran dan Konsistensi
Ketika ditanya mengenai resep rahasia agar bisnisnya bisa bertahan selama satu abad, Hendra menekankan bahwa tidak ada formula ajaib yang abadi. Namun, ia mengakui ada satu nilai fundamental yang selalu dijaga secara estafet dari generasi ke generasi: kejujuran dan konsistensi.
Bagi Hendra, loyalitas pelanggan bukanlah sekadar keberuntungan, melainkan buah manis dari komitmen yang tak pernah pudar dalam menjaga mutu. Bukti nyata dari filosofi ini terlihat dari ramainya pengunjung di lorong sempit Jalan Sudirman, di mana mobil-mobil pelanggan setia silih berganti berdatangan.
“Kalau konsumen sudah percaya, jangan sekali-kali membohongi mereka karena begitu mereka dibohongi, mereka tak akan kembali lagi,” ujar Hendra.
Demi menjaga kualitas prima dan higienitas, Tahu Talaga tidak segan mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan bahan baku terpilih, bahkan jika itu sedikit menaikkan harga jual produk mereka. Namun, bagi para pelanggan setianya, harga tersebut sepadan dengan kualitas yang mereka terima.
Kemitraan Lokal dan Inovasi Produk
Fakta menarik lainnya adalah Tahu Talaga membuktikan bahwa bahan baku berkualitas tinggi tidak selalu harus berasal dari impor. Mereka memilih untuk membangun kemitraan yang kuat dengan produsen lokal, salah satunya dengan menggandeng petani di Jawa Timur yang teruji dalam menghasilkan kedelai terbaik.
“Ada 2-3 suplier yang memasok kami,” jelas Hendra.
Dengan bantuan 35 karyawannya, Hendra mampu mengolah 5 hingga 6 kuintal kedelai setiap harinya. Hasil olahan kedelai tersebut kemudian diubah menjadi belasan varian tahu, mulai dari tahu kuning yang klasik hingga tahu sutra yang lembut. Selain itu, mereka juga mengembangkan produk turunan kedelai lainnya seperti susu kedelai.
Setiap hari, proses produksi dilakukan secara segar. “Kami hanya membuat tahu pagi untuk dihabiskan siang, lalu bikin siang untuk sore. Tak ada yang ditaruh berjam-jam. Kami selalu fresh,” tegas Hendra.
Inspirasi dan Rencana Ekspansi
Kesetiaan pada kualitas, menjaga kepercayaan pelanggan, dan inovasi yang berkelanjutan telah menjadikan Tahu Talaga Yun Sen bukan hanya sekadar tempat produksi tahu, melainkan sebuah bahan ajar inspiratif. Banyak siswa sekolah, mahasiswa, bahkan perwakilan pemerintahan yang datang untuk belajar dari model bisnis yang telah teruji oleh waktu ini.
Produk tahu buatan Tahu Talaga tidak hanya dapat dinikmati langsung di tempatnya. Saat ini, banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta restoran di berbagai kota, mulai dari Bandung, Jakarta, hingga Bali, yang menggunakan tahu produksi mereka.
Hendra terus berupaya mengembangkan bisnisnya. Saat ini, pihaknya tengah menjajaki kerja sama dengan SMBC Indonesia, terutama dalam hal pengadaan mesin-mesin baru, penambahan kapasitas boiler, pembelian bahan baku dalam jumlah besar untuk mengantisipasi fluktuasi harga, serta rencana pembukaan cabang baru.
Selain dukungan permodalan, Tahu Talaga juga memanfaatkan layanan digital dari SMBC Indonesia, seperti TouchBiz, untuk mempermudah seluruh transaksi operasional, termasuk proses transfer dan pembayaran gaji karyawan.
Ke depan, Tahu Talaga Yun Sen memiliki target ambisius untuk melakukan ekspansi pabrik ke wilayah lain di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Surabaya, Jawa Timur, dan Medan, Sumatra. Tidak hanya itu, mereka juga memiliki impian untuk merambah pasar internasional dengan melakukan ekspor ke negara-negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Singapura. Pasar di kedua negara tersebut dinilai memiliki potensi besar mengingat tingginya minat konsumen terhadap produk tahu yang berkualitas.
