Melodi Rindu yang Tak Tergapai: Mendalami Makna “Sewates Gandrung”
Lagu “Sewates Gandrung” yang dibawakan oleh Wahyu F Giri hadir sebagai sebuah melodi yang menyentuh hati, mengisahkan tentang sebuah cinta yang dipenuhi kerinduan mendalam, namun terhalang oleh takdir, sehingga hanya mampu menjadi sebuah kekaguman tanpa bisa bersatu. Karya seni ini diciptakan oleh M. Aziz Nugraha Jati dan dibalut dalam bahasa Jawa yang kaya akan nuansa emosional.
Kata “gandrung” sendiri memiliki arti yang sangat kuat dalam budaya Jawa. Ia merujuk pada rasa cinta atau ketertarikan yang begitu dalam, sering kali disertai dengan kerinduan yang membuncah. Dalam konteks lagu ini, perasaan “gandrung” tersebut digambarkan sebagai sebuah cinta yang indah, memesona, namun sayangnya, belum dapat diwujudkan sepenuhnya dalam kenyataan. Alunan musiknya yang kontemporer berhasil membawa pesan tradisional tentang cinta ini tetap relevan dan dapat dirasakan oleh pendengar dari berbagai kalangan usia di era modern ini.
Perjalanan Rasa dalam Lirik “Sewates Gandrung”
Lirik lagu ini secara perlahan membawa pendengarnya pada sebuah perjalanan emosional. Dimulai dari pertemuan pertama yang meninggalkan kesan mendalam.
Pertemuan Awal dan Getaran Hati
Saat pertama kali bertemu, hadir getaran di dalam dada yang tak terlukiskan. Senyum sang pujaan hati digambarkan semanis madu, sementara citranya begitu indah bagaikan seorang bidadari yang turun dari kahyangan. Kehadirannya memberikan ketenangan dan kedamaian di hati.
C G F C
naliko pisanan ketemu sliramu..
F G C C7
tratapan ning njero dadaku..
F G
esemmu manis kang koyo madu
Em Am
citramu endah koyo widodari..
Dm G C
gawe ayeme ati..
Suara yang Memikat dan Doa yang Terucap
Keindahan tidak berhenti pada paras semata, namun juga merambah pada alunan suara. Ketika sang kekasih bernyanyi, suara indahnya mampu memikat hati, menimbulkan rasa “kedanan” atau terpesona yang mendalam. Di sinilah rasa “gandrung” mulai menguat, bahkan mendorong sang penyanyi untuk memanjatkan doa, memohon petunjuk kepada Sang Pencipta atas perasaan cinta yang begitu kuat kepada seorang wanita.
C G F C
endahe suaramu naliko tetembangan..
F G C C7
ning ati rumongso kedanan..
F G Em Am
duh Gusti.. tulungono kawulo..
Dm G C C7
kang lagi gandrung mring wanito..
Refrain: Kebingungan dan Harapan yang Tergantung
Bagian refrain menjadi inti dari perasaan yang ingin disampaikan lagu ini. Di sini, rasa “gandrung” diakui secara terang-terangan, namun diiringi dengan kebingungan yang mendalam, seolah-olah kehilangan arah.
Kerinduan dan Ketidakpastian Masa Depan
“Gandrung aku gandrung, koyo wong linglung,” ungkapan ini menggambarkan betapa dalamnya perasaan cinta yang dirasakan, namun juga menyiratkan kebingungan yang luar biasa. Di dalam hati, muncul pertanyaan yang menggantung: kapan impian untuk bersatu dengan sang pujaan hati dapat terwujud?
F G
gandrung aku gandrung..
Em Am
koyo wong ling lung..
Dm G C C7
ning atiku rumongso bingung..
F G Em Am
impenku.. marang sliramu..
Dm G C
suk kapan biso bersatu..
Penerimaan Takdir dan Doa Kebahagiaan
Namun, seiring berjalannya lagu, muncul kesadaran akan kenyataan. Ada penerimaan bahwa mungkin memang ini adalah jalan takdir yang harus dijalani. Hubungan yang terjalin mungkin hanya sebatas pertemanan. Meskipun demikian, di balik kepedihan itu, terselip doa tulus agar keduanya tetap bisa menemukan kebahagiaan masing-masing.
F G
nanging piye maneh..
Em Am
yen iki pancen dalane..
Dm G C C7
aku karo kowe mung kekancan wae..
F G
tutukno lakumu..
Em Am
tak rampungi nangisku..
Dm G C
mugo awakdewe tetep bahagia s’lalu..
Dm G C
mugo awakdewe tetep bahagia s’lalu..
Outro : F G C..
“Sewates Gandrung” bukan sekadar lagu tentang cinta tak sampai. Ia adalah cerminan dari kompleksitas perasaan manusia, tentang keindahan harapan yang berbenturan dengan realitas, dan tentang kekuatan untuk menerima takdir sambil tetap mendoakan kebaikan bagi orang yang pernah mengisi hati. Bahasa Jawa yang dipilih semakin memperkaya nuansa emosi ini, menjadikannya sebuah karya yang mendalam dan berkesan.
