Jembatan Penghubung Vital di Donggala Ambruk, Akses Warga Terputus
Donggala, Sulawesi Tengah – Nasib malang menimpa warga Desa Towale, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala. Sebuah jembatan penghubung krusial antara Dusun 3 dan Dusun 4 ambruk diterjang banjir dahsyat pada Juli 2025 lalu. Insiden ini tidak hanya memutus akses darat utama bagi ratusan warga, tetapi juga melumpuhkan aktivitas ekonomi, terutama bagi para nelayan yang menggantungkan hidup pada hasil laut, khususnya ikan roa yang menjadi andalan desa ini.
Sejak jembatan tersebut runtuh, kehidupan sehari-hari warga Dusun 4 yang ingin mengakses Dusun 3 dan sebaliknya berubah drastis. Bagian ujung jembatan dari arah Dusun 4 dilaporkan mengalami kerusakan parah dan ambruk. Untuk mengatasi situasi darurat ini, warga terpaksa bergotong royong membangun jalur alternatif seadanya. Mereka menggunakan tumpukan pasir dan karung berisi pasir sebagai penopang sementara, bahkan memanfaatkan batang pohon kelapa yang kini telah digantikan dengan kayu untuk menahan beban.
Kondisi jalur darurat ini sangat memprihatinkan dan membahayakan. Para pengendara, baik roda dua maupun roda empat, harus ekstra hati-hati saat melintas. Permukaan penopang yang tidak rata seringkali membuat pengendara nyaris kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Meskipun tersedia jalur alternatif melalui Jalan Pusat Laut, opsi ini justru menambah beban warga karena jarak tempuh menjadi lebih jauh, memakan waktu sekitar 3 kilometer tambahan. Selain itu, jalur alternatif ini juga melewati tanjakan curam yang dikenal masyarakat setempat sebagai “Tanah Lei” atau tanah merah, yang semakin menyulitkan mobilitas, terutama saat kondisi cuaca buruk.
Harapan Baru: Pembangunan Jembatan Segera Dilakukan
Menyadari betapa vitalnya jembatan ini bagi kelangsungan hidup warganya, Pemerintah Desa Towale tidak tinggal diam. Kepala Desa Towale, Mohammad Subhan, telah mengambil langkah proaktif dengan mengajukan proposal pembangunan kembali jembatan tersebut kepada pemerintah provinsi. Kabar gembira datang setelah proposal tersebut mendapat respons positif dari Gubernur Sulawesi Tengah.
“Alhamdulillah, dari dua proposal yang kami masukkan, salah satunya Jembatan penghubung Dusun 3 dan Dusun 4 sudah diterima oleh Pak Gubernur,” ujar Mohammad Subhan dengan nada optimis, Selasa (16/12/2025).
Menindaklanjuti persetujuan tersebut, Dinas Bina Marga Provinsi Sulawesi Tengah telah menerjunkan tim teknis untuk melakukan peninjauan langsung di lokasi kejadian. Tim ahli melakukan pengukuran bentangan jembatan yang diperkirakan mencapai 117 meter. Dalam rencana pembangunan yang baru, terdapat perubahan signifikan pada lebar jembatan. Jika sebelumnya jembatan hanya memiliki lebar 2 meter, kini direncanakan akan diperlebar menjadi 3,5 meter. Perubahan ini diharapkan dapat memungkinkan jembatan tersebut dilalui oleh kendaraan roda empat, yang akan sangat mempermudah transportasi barang dan mobilitas warga secara umum.
Dukungan Masyarakat Menjadi Kunci Keberhasilan
Target pelaksanaan pembangunan jembatan ini direncanakan akan dimulai pada Januari 2026. Namun, Mohammad Subhan menekankan bahwa kelancaran proses pembangunan tidak hanya bergantung pada niat pemerintah, tetapi juga sangat membutuhkan dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat.
“Sebesar apa pun niat pemerintah membangun, harus ada dukungan masyarakat agar tidak sulit terealisasi,” tegasnya.
Dukungan ini bisa berupa partisipasi aktif dalam proses sosial, pembebasan lahan jika diperlukan, hingga menjaga keamanan dan kelancaran aktivitas konstruksi. Jembatan ini bukan sekadar infrastruktur fisik, melainkan urat nadi kehidupan bagi Desa Towale. Terutama bagi para nelayan, jembatan ini adalah jalur utama untuk membawa hasil tangkapan ikan roa yang melimpah ke pasar dan konsumen. Dengan terputusnya akses ini, pendapatan mereka sangat terganggu. Pembangunan kembali jembatan ini diharapkan akan segera memulihkan denyut perekonomian Desa Towale dan meningkatkan kualitas hidup seluruh warganya.
