Home / Internasional / Skandal Epstein: Clinton Terpojok, Trump Aman

Skandal Epstein: Clinton Terpojok, Trump Aman

Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) baru-baru ini merilis ribuan dokumen yang berkaitan dengan mendiang terpidana kejahatan seksual, Jeffrey Epstein. Rilis ini, yang terjadi pada Jumat (19/12/2025) waktu setempat, merupakan bagian awal dari arsip yang dimiliki DOJ dan memuat nama-nama sejumlah tokoh terkenal dunia. Namun, sorotan utama justru tertuju pada absennya nama Presiden Donald Trump dalam sebagian besar materi yang dirilis.

Sebagian besar isi dokumen yang dirilis telah disunting secara ekstensif. DOJ menyatakan bahwa penyuntingan ini dilakukan karena kompleksitas proses penelaahan serta kewajiban untuk melindungi identitas para korban Epstein. Langkah ini diambil oleh pemerintahan Trump sebagai respons terhadap undang-undang yang disahkan oleh Kongres pada November lalu, yang mewajibkan pengungkapan seluruh berkas terkait Epstein. Meskipun undang-undang tersebut mendapat persetujuan luas, upaya Trump selama berbulan-bulan untuk menjaga dokumen-dokumen tersebut tetap tersegel sebelumnya telah menimbulkan pertanyaan.

Rilis yang terbatas dan penuh penyuntingan ini telah memicu kekecewaan, bahkan di kalangan Partai Republik. Banyak pihak menilai bahwa kebijakan ini tidak cukup untuk meredam skandal yang berpotensi membebani partai menjelang pemilihan paruh waktu tahun 2026.

Sorotan pada Ketiadaan Nama Trump

Ketiadaan rujukan terhadap Donald Trump menjadi poin penting yang disorot, terutama mengingat fakta bahwa foto dan dokumen yang berkaitan dengannya telah muncul dalam rilis Epstein sebelumnya. Sebagai contoh, nama Trump tercantum dalam manifes penerbangan pesawat pribadi Epstein yang dirilis oleh DOJ pada Februari lalu.

Meskipun demikian, dalam rilis terbaru ini, hampir tidak ada foto atau dokumen yang secara langsung menyebutkan nama Trump. Hal ini menjadi kontras mengingat hubungan pertemanan antara Trump dan Epstein pada era 1990-an hingga awal 2000-an telah lama diketahui publik sebelum keduanya dikabarkan berselisih menjelang vonis pertama Epstein pada tahun 2008. Trump sendiri tidak pernah dituduh melakukan pelanggaran dan secara konsisten membantah mengetahui kejahatan yang dilakukan Epstein.

Jakarta Tuan Rumah Asia Koshien 2026: Persiapan Meriahkan Turnamen Asia

Muncul laporan bahwa satu berkas yang berisi foto Trump sempat ada, namun kemudian dilaporkan hilang dari kumpulan data DOJ pada Sabtu. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrat segera menyoroti insiden ini dan menuntut penjelasan. Media di Amerika Serikat melaporkan bahwa hingga 16 foto diduga telah dihapus dari situs DOJ. Hingga saat ini, baik DOJ maupun Gedung Putih belum memberikan tanggapan resmi terkait hilangnya berkas tersebut.

Isi Penting Lain dan Foto Tokoh Terkenal

Rilis terbaru ini juga mengungkap pengaduan yang diajukan kepada FBI pada tahun 1996, yang menuduh Epstein terlibat dalam praktik “pornografi anak”. Tuduhan ini muncul jauh sebelum aparat penegak hukum mulai menyelidiki perbuatannya secara serius.

Selain itu, rilis ini juga mencakup foto-foto sejumlah selebriti dan tokoh terkenal, antara lain:

  • Almarhum penyiar berita Walter Cronkite.
  • Musisi legendaris Mick Jagger dan Michael Jackson.
  • Penyanyi Diana Ross.
  • Pengusaha Inggris terkemuka, Richard Branson.
  • Sarah Ferguson, mantan Duchess of York.

Banyak dari foto-foto ini tidak disertai tanggal atau konteks yang jelas, dan penting untuk dicatat bahwa tidak satu pun dari tokoh-tokoh ini dituduh melakukan pelanggaran terkait Epstein.

Pangeran Andrew, mantan Duke of York, juga tampak dalam salah satu foto yang dirilis. Pangeran Andrew, yang telah kehilangan gelar kerajaannya akibat kedekatannya dengan Epstein, senantiasa membantah segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya.

Djauhari: Diplomasi RI-China, Protokol dan Bisnis

Skandal Epstein sendiri telah menjadi isu politik yang sensitif bagi Trump. Sebelumnya, ia kerap menyebarkan teori konspirasi terkait Epstein kepada para pendukungnya. Rilis pekan ini memang memuat bukti dari berbagai penyelidikan, termasuk foto-foto yang menampilkan mantan Presiden AS, Bill Clinton.

Tanggapan dan Kekecewaan Korban

Banyak dokumen yang dirilis mengalami penyuntingan yang sangat ekstensif, bahkan ada berkas yang terdiri dari ratusan halaman namun seluruh isinya dihitamkan. DOJ mengakui bahwa mereka masih meninjau ratusan ribu halaman dokumen lainnya untuk kemungkinan rilis lanjutan di masa mendatang.

Salah seorang korban Epstein, Marina Lacerda, menyuarakan kemarahannya atas banyaknya penyuntingan dan dokumen yang belum dibuka. “Kami semua marah. Ini seperti tamparan lagi. Kami mengharapkan jauh lebih banyak,” ujarnya kepada MS NOW, mengungkapkan kekecewaan mendalam atas proses transparansi yang dianggapnya belum memadai.

Bulan sebelumnya, anggota Partai Demokrat di DPR telah merilis ribuan email dari properti Epstein, termasuk satu email yang menyebutkan bahwa Trump “mengetahui tentang para gadis,” meskipun tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai konteksnya. Trump menepis tuduhan tersebut dan menuduh Partai Demokrat menyebarkan “Hoaks Epstein.”

Sementara itu, DOJ menyoroti keterlibatan Clinton dengan mempublikasikan gambar yang diklaim menunjukkan Clinton bersama salah satu korban Epstein. Pihak Clinton membantah keras klaim tersebut dan menilai bahwa Gedung Putih berupaya mengalihkan perhatian publik dari isu yang sebenarnya. Gedung Putih, di sisi lain, menyatakan bahwa rilis ini mencerminkan komitmen terhadap transparansi dan keadilan bagi para korban, serta menegaskan bahwa pengungkapan ini dilakukan atas dasar mandat dari Kongres.

Undang-undang pengungkapan tersebut secara spesifik mewajibkan DOJ untuk menyerahkan informasi mengenai penanganan penyelidikan Epstein, termasuk laporan internal dan korespondensi email. Namun, materi-materi tersebut tampaknya belum termasuk dalam rilis yang dilakukan pada Jumat lalu. Hukum yang berlaku juga memberikan DOJ kewenangan untuk menahan informasi pribadi korban serta materi yang berpotensi mengganggu jalannya penyelidikan yang masih aktif.