Home / Olahraga / Pemain eSports Thailand Didepak dari SEA Games 2026 Akibat Curang

Pemain eSports Thailand Didepak dari SEA Games 2026 Akibat Curang

Skandal di SEA Games: Pemain Esports Thailand Didepak Akibat Kecurangan dan Perilaku Tidak Pantas

SEA Games 2025 di Bangkok digemparkan oleh sebuah skandal yang melibatkan salah satu atlet eSports kebanggaan Thailand. Federasi eSports Thailand (TESF) mengumumkan pada Selasa (16/12/2025) bahwa seorang pemain mereka, Warasin Naphat, telah dikeluarkan dari seluruh rangkaian kompetisi eSports dalam ajang bergengsi tersebut. Keputusan ini diambil setelah penyelidikan mendalam terkait pelanggaran serius yang dilakukannya.

Menurut surat resmi yang diterima oleh federasi, Warasin terbukti menggunakan perangkat lunak atau modifikasi perangkat keras pihak ketiga yang tidak sah selama pertandingan Game 1 pada Senin (15/12/2025). Tindakan ini jelas melanggar aturan fair play yang menjadi pondasi setiap kompetisi olahraga, termasuk eSports. Selain itu, citra Warasin semakin tercoreng ketika ia tertangkap kamera mengacungkan jari tengahnya di hadapan publik dan siaran televisi selama acara berlangsung di Bangkok. Perilaku ini dianggap sangat tidak profesional dan mencoreng nama baik olahraga eSports serta negaranya.

Surat dari panitia penyelenggara menegaskan, “Setelah penyelidikan lebih lanjut, ditemukan bukti yang meyakinkan, yang menyebabkan pengenaan sanksi pribadi yang mengakibatkan pengusirannya dari seluruh Kompetisi Esports.” Keputusan tegas ini mencerminkan komitmen panitia SEA Games untuk menjaga integritas dan sportivitas kompetisi.

Federasi eSports Thailand Menerima Keputusan, Tarik Seluruh Tim

Juara BWF World Tour Finals 2025: Ganda Campuran China Kembali Menang Setelah 7 Tahun

Menanggapi surat pemberitahuan tersebut, Federasi eSports Thailand (TESF) menyatakan sikap menerima sepenuhnya keputusan yang diambil oleh panitia SEA Games. Federasi tidak membantah temuan dan sanksi yang diberikan kepada Warasin.

Lebih lanjut, TESF membuat sebuah pengumuman yang mengejutkan dengan menyatakan penarikan seluruh tim eSports mereka dari partisipasi di SEA Games 2026. Keputusan drastis ini menunjukkan betapa seriusnya TESF memandang insiden tersebut dan dampaknya terhadap citra olahraga eSports.

Presiden TESF, Santi Lothong, menyampaikan permohonan maaf yang tulus atas kelakuan anggotanya. “Mohon maafkan tim kami atas kesalahan mereka. Saya dan tim saya benar-benar menyesal,” ujar Santi Lothong dalam sebuah pernyataan resmi. Ia menambahkan, “Kami mencintai olahraga kami dan tidak dapat membiarkan apa pun, siapa pun pelakunya, membuat olahraga kami terlihat begitu buruk.” Pernyataan ini mencerminkan kekecewaan mendalam dan tekad federasi untuk memperbaiki citra eSports di mata publik.

E-Sports di SEA Games: Perkembangan dan Tantangan

Perlu diketahui, cabang olahraga eSports baru saja diperkenalkan dalam gelaran SEA Games pertama kalinya pada tahun 2019. Kehadirannya menandai pengakuan resmi terhadap popularitas dan perkembangan pesat dunia game kompetitif di kancah internasional.

Turnamen Palangka Raya Cup 2025 Ditutup, Semangat Anak-Anak Bertanding di Bawah Hujan

Pada SEA Games kali ini, cabang eSports memperlombakan empat kategori utama yang sangat populer di kalangan gamer:
* FC Online: Sebuah simulasi sepak bola yang menuntut strategi dan keterampilan individu.
* Mobile Legends: Bang Bang: Game bergenre Multiplayer Online Battle Arena (MOBA) yang sangat digemari di Asia Tenggara.
* Free Fire: Game battle royale yang menawarkan gameplay dinamis dan cepat.
* Arena of Valor: Game MOBA lain yang juga memiliki basis penggemar yang kuat.

SEA Games 2025 secara resmi dibuka pekan lalu dan akan berlangsung hingga 20 Desember di dua lokasi utama, yaitu Bangkok dan provinsi pesisir Chonburi. Ribuan atlet dari berbagai negara di Asia Tenggara turut serta, berkompetisi dalam beragam cabang olahraga, mulai dari yang tradisional seperti sepak bola dan anggar, hingga olahraga ekstrem seperti skateboard, berlayar, dan berbagai disiplin olahraga bela diri.

Namun, gelaran akbar ini juga diwarnai oleh ketegangan geopolitik. Tepat sehari setelah upacara pembukaan, Phnom Penh mengumumkan penarikan kontingen atletnya dengan alasan keamanan terkait situasi di perbatasan Thailand dan Kamboja. Insiden ini menjadi catatan tersendiri dalam penyelenggaraan SEA Games kali ini, di samping sorotan terhadap performa para atlet di berbagai cabang olahraga.

Hingga berita ini ditulis, Thailand masih memimpin perolehan medali secara keseluruhan, diikuti oleh kontingen dari Indonesia dan Vietnam yang juga menunjukkan performa gemilang. Skandal yang menimpa pemain eSports Thailand ini tentu menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia olahraga, baik konvensional maupun digital, mengenai pentingnya menjaga sportivitas, integritas, dan citra diri.

Tak Denda Rp 100 Juta, Persebaya Rekrut Pelatih Baru Kontrak Panjang