Catatan Pengamat atas Pelantikan Menlu Sugiono

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Liputan6.com, Jakarta - Sah sudah Sugiono (45) menakhodai Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI). Prabowo Subianto melantik Sugiono di Istana Negara pada Senin (21/10/2024), berbareng dengan 47 menteri dan lima kepala lembaga.

Menilik latar belakangnya, Sugiono bukan diplomat karier. Dia lulusan SMA Taruna Nusantara Magelang, S1 Teknik Komputer Universitas Norwich, pernah menjadi prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus), personil Komisi I DPR RI, hingga wakil ketua umum Partai Gerindra.

Sugiono didampingi oleh tiga wakil menteri luar negeri (Wamenlu), ialah Arrmanatha Christiawan Nasir, Arif Havas Oegroseno, dan Anis Matta. Dua di antara Wamenlu, Arrmanatha alias nan berkawan disapa Tata dan Havas adalah diplomat karier, sementara Anis merupakan ketua umum Partai Gelora Indonesia.

Liputan6.com mewawancarai sejumlah pengamat untuk mengetahui apa nan menjadi catatan mereka atas penunjukan Sugiono sekaligus kebijakan luar negeri pada era Prabowo:

Pengajar di Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada Irfan Ardhani, menggarisbawahi bahwa Sugiono bukan Menlu RI pertama nan berasal dari kalangan diplomat non-karier.

"Hal ini bisa berfaedah dua hal. Pertama, Prabowo bakal memainkan peranan nan besar dalam politik luar negeri. Oleh lantaran itu, dia menempatkan orang kepercayaan nan bisa memastikan gagasannya menjadi kebijakan nan diimplementasikan," terang Irfan kepada Liputan6.com.

"Kedua, ada kemungkinan Prabowo bakal mengangkat pendekatan politik luar negeri nan sedikit berbeda. Meskipun dalam pidatonya kemarin Prabowo menekankan pentingnya prinsip bebas aktif, good neighborhood policy, dan thousand friends zero enemy nan menjadi tradisi politik luar negeri kita, penunjukan Sugiono merupakan indikasi agar Kemlu RI keluar dari area nyamannya."

Dalam pandangannya, Irfan menyoroti pula susunan baru Kemlu RI, nan mempunyai tiga Wamenlu.

"Baru kali ini susunan ketua Kemlu RI diisi oleh seorang menteri dan tiga wakil menteri. Meskipun 'formasi gemuk' ini ada di banyak kementerian, dalam kasus Kemlu RI mengindikasikan besarnya perhatian Prabowo agar kehadiran (presence) dan profil Indonesia dalam politik dunia lebih meningkat. Tiap ketua nampaknya bakal berbagi tugas untuk memastikan agar aspirasi Prabowo itu tercapai. Misalnya Anis Matta bakal menggalang kerja sama dengan negara-negara Islam, Tata bakal memperkuat kepemimpinan Indonesia di forum multilateral, dan Havas bakal memperjuangkan kepentingan nasional kita nan mungkin tidak sejalan dengan banyak pihak," ungkap Irfan.

Ada beberapa rumor global, nan menurut Irfan, kemungkinan bakal jadi perhatian Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo.

"Pertama, perdamaian regional dan global. Prabowo berulang kali menyebut persoalan geopolitik bakal menjadi tantangan Indonesia. Hal ini dikuatkan dengan briefing nan diberikan oleh John Mearsheimer kepada Kabinet Merah Putih dan track record pembelian alutsista nan dilakukan oleh Prabowo selama lima tahun terakhir. Oleh lantaran itu, sepertinya Prabowo bakal mengambil peranan nan besar agar Indonesia menjadi peace broker di Laut China Selatan dan juga dalam bentrok Gaza, serta Perang Rusia-Ukraina. Namun demikian, Indonesia perlu menyusun pendekatan secara matang agar upayanya tidak sia-sia.

"Kedua, rumor pengelolaan sumber daya alam juga bakal menjadi concern politik luar negeri Indonesia. Prabowo secara tegas menyampaikan ambisinya agar Indonesia menjadi lumbung pangan dunia, swasembada energi, dan melakukan hilirisasi beragam komoditas nan kita miliki. Secara politik internasional, ambisi tersebut bisa menimbulkan bentrok lantaran tidak sejalan dengan kepentingan negara lain dan norma-norma global. Misalnya, Indonesia bakal dianggap melakukan perlindungan nan berujung pada gugatan di WTO. Di samping itu, Indonesia juga bisa distigma melakukan deforestasi, pelanggaran HAM, dan land-grabbing besar-besaran nan membikin produk kita tidak diterima oleh negara alias area tertentu."

Kemlu RI, kata Irfan, bakal menjadi ujung tombak Indonesia untuk menavigasi dua rumor utama tersebut.

"Oleh lantaran itu, menarik untuk dinanti gimana pembagian tugas dari tiap ketua nan mungkin bakal tercermin pada pidato pertama Sugiono sebagai Menlu RI," ujarnya.

Selengkapnya
Sumber Internasional
Internasional