Liputan6.com, Jakarta - National Aeronautics and Space Administration (NASA) merilis sebuah animasi nan memungkinkan kita mendengarkan 'visualisasi suara' medan magnet bumi nan terganggu selama peristiwa Laschamp. Animasi ini dibuat menggunakan info nan dikumpulkan Badan Antariksa Eropa (ESA).
Melansir laman IFL Science pada Senin (21/10/2024), bumi mengalami peristiwa Laschamp sekitar 41 ribu tahun nan lalu. Dengan mempelajari magnetisasi inti sedimen nan diambil dari masa itu, para intelektual telah mengidentifikasi bahwa medan magnet sempat berubah selama periode waktu ini.
Peristiwa inilah nan dipilih para intelektual di Technical University of Denmark dan GFZ German Research Centre for Geosciences untuk diubah menjadi suguhan audio dan visual. Dengan menggunakan info dari misi Swarm milik ESA dan tempat lain, tim tersebut menciptakan visualisasi untuk mengilustrasikan medan magnet Bumi selama peristiwa Laschamp.
Selain memetakan pergerakan garis medan magnet, tim tersebut menciptakan lanskap bunyi dari suara-suara alam, seperti batu jatuh dan kayu berderit.
Peristiwa Laschamp
Peristiwa Laschamp merupakan salah satu dari beberapa pembalikan medan magnet nan telah terjadi sepanjang sejarah bumi. Selama peristiwa ini, para intelektual menemukan bahwa medan magnet Bumi mengalami perubahan nan signifikan, termasuk pergerakan garis-garis medan magnet nan dapat mempengaruhi navigasi dan kehidupan di Bumi.
Manusia mungkin tidak terlalu cemas tentang medan magnet bumi. Magnetosfer umumnya berada di sana, melindungi permukaan bumi dari partikel bermuatan dari matahari, dan terkadang menghasilkan aurora nan spektakuler.
Namun, medan magnet bumi tidak setangguh nan dikira. Menurut NASA, medan magnet telah melemah sekitar 9 persen dari rata-rata dunia selama 200 tahun terakhir.
Sejak pertama kali ditemukan oleh perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan penjelajah kutub Sir James Clark Ross pada 1831, posisi kutub utara magnet telah berangsur-angsur bergeser ke utara-barat laut sejauh lebih dari 1.100 kilometer. Kecepatan majunya telah meningkat, dari sekitar 16 kilometer per tahun menjadi sekitar 55 kilometer per tahun.
Kutub-kutubnya dapat terbalik dalam kurun waktu ratusan alias ribuan tahun. Hal ini dapat terjadi secara acak, dengan interval berkisar antara 10 ribu tahun hingga 50 juta tahun alias lebih.
Pembalikan kutub magnet terakhir nan berkepanjangan terjadi sekitar 780 ribu tahun nan lalu.
Medan Magnet Berbalik
Dalam sebuah laporan baru, Direktur Laboratory for Atmospheric and Space Physics di University of Colorado, Daniel Baker, menyatakan terdapat tanda-tanda kutub bumi berbalik. Baker mengatakan, terbaliknya kutub itu dapat membikin sejumlah area di Bumi menjadi tak dapat dihuni dan juga meruntuhkan jaringan listrik.
Satelit Swarm milik Badan Antariksa Eropa (ESA) nan memantau medan magnet bumi menunjukkan adanya kemungkinan terbaliknya medan magnet. Satelit tersebut memungkinkan peneliti untuk mempelajari perubahan struktur di inti Bumi, di mana medan magnet dihasilkan.
Pengamatan mereka menunjukkan, besi cair dan nikel mengeluarkan daya dari inti Bumi di dekat tempat medan magnet dihasilkan. Sementara para intelektual tidak percaya kenapa perihal tersebut terjadi, mereka menggambarkannya sebagai "aktivitas nan bergejolak" (restless activity) nan memperlihatkan bahwa medan magnet sedang bersiap untuk berbalik.
Jika perihal itu terjadi, kita bakal terpapar angin surya nan bisa melubangi lapisan ozon. Dampaknya, jaringan listrik dapat hancur, suasana Bumi berubah secara radikal, dan meningkatkan jumlah pengidap kanker akibat radiasi.
Bahkan, sebuah penelitian di Denmark meyakini bahwa pemanasan dunia berasosiasi langsung dengan medan magnet, dibanding emisi karbon dioksida. Para peneliti memprediksi bahwa setelah kutub bumi terbalik, seratus ribu orang bakal meninggal setiap tahunnya akibat meningkatnya tingkat radiasi angkasa luar.
Meski kutub bumi dapat terbalik, kekuatan melemahnya medan magnet Bumi cukup bervariasi. Menurut NASA, tidak ada indikasi bahwa medan magnet bakal lenyap sama sekali.
NASA menegaskan, krusial untuk diingat bahwa berbaliknya kutub magnetik bumi secara utuh memerlukan waktu ribuan tahun, sehingga proses tersebut bertanggung jawab atas semua perubahan cuaca drastis dan aktivitas seismik. Menurut NASA, satu-satunya hasil dari pergeseran kutub adalah berubahnya arah kutub, sehingga perangkat penunjuk arah alias kompas kudu diperbaiki.
(Tifani)