Jenewa PinangRaya - Pelapor Khusus PBB untuk Palestina Francesca Albanese merilis laporan pada Senin (28/10) malam nan menuduh Israel berupaya "melenyapkan keberadaan Palestina."
Laporan itu mengatakan bahwa Israel melakukan pemindahan paksa, penghancuran, dan genosida secara sistematis terhadap penduduk Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Dalam laporan nan disampaikan kepada Majelis Umum PBB, Francesca Albanese menjelaskan adanya “pemindahan dan penggantian masyarakat secara paksa nan dilakukan oleh negara, nan dilakukan secara sengaja dan jangka panjang” terhadap penduduk Palestina, khususnya setelah bentrok meletus pada 7 Oktober 2023.
Laporan tersebut menyoroti tujuan Israel melakukan genosida dan mengaitkan situasi saat ini dengan "pembersihan etnis nan berjalan selama puluhan tahun" untuk "melenyapkan keberadaan Palestina.”
Menurut Albanese, kekerasan Israel terhadap penduduk Palestina sejak Oktober tahun lampau tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan bagian dari upaya Israel memindahkan paksa penduduk Palestina.
Laporan itu juga menuduh Israel menghalangi investigasi internasional, termasuk menolak masuknya tim pencari kebenaran dari PBB dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Baca juga: Parlemen Arab setujui pembentukan tim kasus genosida Israel di ICC
“Penolakan terhadap sistem PBB dan para penyelidik ICC secara terus menerus bisa dianggap sebagai penghalang terhadap keadilan," kata Albanese dalam laporan itu.
Dia menambahkan bahwa tindakan Israel itu bertentangan dengan perintah Mahkamah Internasional (ICJ) agar Israel mengizinkan penyelidik internasional memasuki Gaza dan mengambil langkah untuk menjaga bukti-bukti.
"Tidak diragukan lagi, genosida nan sedang berjalan adalah akibat dari status spesial dan kekebalan nan diberikan kepada Israel secara berkepanjangan,” tulis laporan itu.
Albanese juga mengatakan bahwa Israel secara sistematis dan terang-terangan telah melanggar norma internasional, termasuk resolusi Dewan Keamanan PBB dan perintah ICJ.
Status spesial dan kekebalan itu membikin Israel sombong dan mendorongnya untuk terus menentang norma internasional.
“Saat bumi menyaksikan genosida pemukim-kolonial secara langsung, hanya keadilan nan bisa menyembuhkan luka membusuk nan disebabkan oleh kepentingan politik,” kata Albanese.
Jalur Gaza
Laporan itu juga menyoroti besarnya kehancuran di Gaza. Diperkirakan, nyaris 40 juta ton puing, termasuk sisa-sisa bahan peledak dan jenazah manusia, mencemari ekosistem.
Selain itu, lebih dari 140 letak pembuangan limbah sementara dan 340.000 ton limbah nan tidak diolah telah mencemari lingkungan sehingga menimbulkan penyakit seperti hepatitis A, jangkitan pernapasan, diare, dan penyakit kulit.
“Seperti nan dijanjikan para pemimpin Israel, Gaza menjadi tak layak dihuni oleh manusia,” sebut laporan itu.
Baca juga: Berencana larang operasi UNRWA, Israel diperingatkan tujuh negara
Disebutkan pula bahwa kebijakan Israel nan membatasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk Palestina, seperti makanan, air, dan pasokan medis.
“Serangan sistematis terhadap kemandirian pangan di Gaza menunjukkan adanya niat untuk menghancurkan populasinya lewat kelaparan,” kata Albanese.
Dia menyinggung Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich pada Agustus nan menyatakan bahwa membikin penduduk Gaza kelaparan adalah “justifikasi dan tindakan moral.”
Tepi Barat
Laporan itu juga memperingatkan bahwa kekerasan sistematis meluas ke luar Gaza, sehingga menimbulkan kekhawatiran serius terhadap munculnya genosida di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur.
Sejak Oktober 2023, pasukan Israel dilaporkan telah melakukan lebih dari 5.500 penyergapan di Tepi Barat, di mana ratusan penduduk Palestina tewas dan ribuan lainnya terluka.
Menurut Albanese, meningkatnya kekerasan di Tepi Barat dipicu oleh para pemukim Yahudi nan didukung oleh pasukan Israel.
Dia mengutip beberapa kejadian mengkhawatirkan, di mana anak-anak Palestina menjadi sasaran sistematis sehingga sedikitnya 169 anak tewas sejak Oktober 2023.
Baca juga: Dalam tiga pekan, Israel bunuh 1.000 lebih penduduk Palestina
Hampir 80 persen kematian anak-anak itu disebabkan oleh luka tembak di kepala alias bagian tubuh seperti perut, dada, dan punggung.
“Kehancuran nan melanda Gaza sekarang menyebar ke Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur,” kata Albanese, memperingatkan.
Dia menambahkan bahwa sejumlah pejabat Israel, termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, secara terbuka mendukung kekerasan dan penangkapan massal terhadap penduduk Palestina.
Saat ini, 9.400 penduduk Palestina ditahan dalam kondisi nan parah.
Dunia "harus bertindak sekarang"
Albanese mendesak masyarakat internasional untuk bertindak tegas. Dia mengatakan negara-negara personil PBB "harus bertindak sekarang" untuk mencegah kekejaman baru "yang bakal semakin melukai sejarah umat manusia.”
Dia mendesak penggunaan pengaruh politik, nan dimulai dengan embargo senjata penuh dan sanksi, agar Israel menghentikan serangan terhadap penduduk Palestina, menerima gencatan senjata, dan mundur sepenuhnya dari wilayah Palestina nan diduduki sesuai pendapat ICJ pada 19 Juli 2024.
Dia meminta anggota-anggota PBB untuk secara resmi mengakui Israel sebagai “negara apartheid dan pelanggar norma internasional” serta mendukung investigasi independen secara menyeluruh.
Mereka juga diminta untuk memastikan support kemanusiaan bisa memasuki Gaza tanpa halangan serta memberikan dan dan perlindungan penuh terhadap UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina.
Terakhir, dia mendesak Mahkamah Pidana Internasional untuk menyelidiki dugaan kejahatan genosida dan apartheid oleh Israel.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Mesir usul gencatan senjata sementara di Gaza untuk pertukaran sandera
Baca juga: AS desak Israel pulihkan support kemanusiaan ke Gaza
Penerjemah: Primayanti
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024