Liputan6.com, Gaza - Pasukan Israel telah memburu pemimpin Hamas Yahya Sinwar selama lebih dari setahun. Dia merupakan sosok nan mendalangi serangan 7 Oktober 2023.
Yahya Sinwar (61) disebut telah menghabiskan sebagian besar waktunya di terowongan Jalur Gaza sebelum ajal menjemputnya dalam sebuah pertemuan tak sengaja dengan patroli Israel di Gaza Selatan.
Rincian tetap terus bermunculan, namun berikut ini adalah apa nan sejauh ini diketahui tentang pembunuhan Sinwar seperti dilansir BBC, Jumat (18/10/2024):
Patroli Rutin
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan satu unit dari Brigade Bislamach ke-828 beroperasi di Tal al-Sultan, sebuah wilayah di Rafah, pada hari Rabu (16/10). Tiga militan diidentifikasi dan dilawan oleh pasukan Israel - semuanya sukses dihabisi.
Pada tahap itu, tidak ada nan tampak luar biasa tentang baku tembak tersebut dan para prajurit tidak kembali ke tempat kejadian hingga Kamis (17/10) pagi.
Ketika jenazah diperiksa, salah satunya ditemukan sangat mirip dengan sang pemimpin Hamas. Namun, jenazah nan dimaksud tetap berada di tempatnya lantaran diduga ada jebakan dan sebagai gantinya, sebagian jarinya diambil dan dikirim ke Israel untuk diuji.
Jenazahnya akhirnya dikeluarkan dan dibawa ke Israel pada hari nan sama saat area itu diamankan.
Juru bicara IDF Daniel Hagari mengaku pasukannya tidak tahu Sinwar ada di sana.
Menurut Hagari, IDF mengidentifikasi tiga laki-laki nan berlari dari rumah ke rumah, menyerang mereka sebelum mereka berpisah. Pria nan kemudian diidentifikasi sebagai Sinwar "berlari sendirian ke salah satu gedung" dan tewas setelah ditemukan dengan drone.
Tak satu pun sandera nan diyakini Israel digunakan Sinwar sebagai perisai manusia datang dan pengiringnya nan mini menunjukkan bahwa dia mencoba bergerak tanpa diketahui alias telah kehilangan banyak orang nan melindunginya.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyebutkan, "Sinwar ... tidak meninggal sebagai komandan, namun sebagai seseorang nan hanya peduli pada dirinya sendiri. Ini adalah pesan nan jelas bagi semua musuh kita."
Konfirmasi Sinwar Tereliminasi
Israel pertama kali mengumumkan mereka "menyelidiki kemungkinan" bahwa Sinwar telah terbunuh di Jalur Gaza pada Kamis sore waktu setempat.
Dalam beberapa menit setelah pengumuman, gambar nan diunggah ke media sosial menunjukkan jasad seorang laki-laki dengan ciri-ciri nan sangat mirip dengan Sinwar menderita luka parah di kepala. Gambar-gambar tersebut terlalu gamblang untuk dipublikasikan ulang.
Namun, para pejabat memperingatkan bahwa "pada tahap ini" identitas ketiga laki-laki nan tewas belum dapat dikonfirmasi.
Tidak lama setelah itu, sumber-sumber Israel mengungkapkan kepada BBC bahwa para pemimpin "semakin yakin" mereka telah membunuhnya. Namun, mereka mengatakan bahwa semua tes nan diperlukan kudu dilakukan sebelum kematian dapat dikonfirmasi.
Tes-tes tersebut tidak menyantap waktu lama. Pada Kamis malam, Israel mengumumkan bahwa tes-tes telah selesai dan Sinwar dipastikan "tereliminasi".
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa "kejahatan" telah "ditangani", namun dia memperingatkan bahwa perang Israel di Jalur Gaza belum selesai.
Meskipun Sinwar tidak terbunuh selama operasi nan ditargetkan, IDF mengaku mereka telah beraksi selama berminggu-minggu di daerah-daerah nan menurut intelijen mungkin menjadi lokasinya.
Singkatnya, pasukan Israel telah mempersempit letak Sinwar nan diperkirakan ke Rafah dan perlahan-lahan bergerak untuk menangkapnya.
Dalam pernyataannya, IDF mengatakan operasinya dalam beberapa minggu terakhir di Gaza Selatan telah "membatasi pergerakan operasional Yahya Sinwar saat dia dikejar oleh pasukan dan menyebabkannya tersingkir".
Tujuan utama, tapi bukan akhir
Kematian Sinwar merupakan tujuan perang bagi Israel. Namun, akhir hidupnya tidak mengakhiri perang di Jalur Gaza.
Sementara Netanyahu menegaskan dia telah menyelesaikan masalah dengan Sinwar, dia bersikeras perang bakal terus bersambung - paling tidak untuk menyelamatkan 101 sandera nan tetap ditahan oleh Hamas.
"Kepada family sandera nan terkasih, saya katakan: ini adalah momen krusial dalam perang. Kami bakal terus berjuang dengan kekuatan penuh sampai semua orang nan Anda cintai, orang-orang nan kami cintai, pulang."
Di Israel, family sandera berambisi gencatan senjata dapat dicapai untuk membawa pulang kerabat mereka.