Liputan6.com, Havana - Kuba mengalami pemadaman listrik nasional setelah pembangkit listrik utamanya kandas beroperasi.
"Jaringan listriknya meninggal sekitar pukul 11.00," tulis Kementerian Energi Kuba via platform media sosial X.
Pejabat mengenai mengatakan mereka tidak tahu berapa lama waktu nan dibutuhkan untuk memulihkan jasa listrik.
Fenomena ini terjadi setelah pemadaman listrik selama berbulan-bulan di pulau itu, nan mendorong perdana menteri untuk mengumumkan "darurat energi" pada hari Kamis (17/10/2024). Demikian seperti dilansir BBC, Sabtu (19/10).
Pemadaman listrik total pada hari Jumat (18/10) terjadi akibat pembangkit listrik Antonio Guiteras di Matanzas - nan terbesar di pulau itu - mati.
Presiden Miguel Diaz-Canel Bermudez menuturkan situasi ini adalah "prioritas mutlaknya".
"Tidak bakal ada rehat sampai listrik pulih," tulisnya di platform media sosial X.
Sebelumnya pada hari Jumat, para pejabat mengumumkan bahwa semua sekolah dan aktivitas nan tidak penting, termasuk klub malam, bakal ditutup hingga hari Senin (21/10).
Pekerja nan tidak krusial didesak untuk tinggal di rumah dan jasa pemerintah nan tidak vital ditangguhkan.
Menurut media lokal, penduduk Kuba juga didesak untuk mematikan peralatan nan menghabiskan banyak daya selama jam sibuk, seperti lemari es dan oven.
Dalam pidato, nan disiarkan televisi pada hari Kamis, Perdana Menteri Manuel Marrero menyalahkan prasarana nan memburuk, kekurangan bahan bakar, dan meningkatnya permintaan atas pemadaman listrik.
"Kelangkaan bahan bakar adalah aspek terbesar," ujarnya.
Kepala Persatuan Listrik Nasional (UNE) Alfredo Lopez Valdes juga mengakui bahwa Kuba telah menghadapi situasi daya nan menantang, dengan kekurangan nan menjadi penyebabnya.
Pada bulan Juli 2021, ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan dalam demonstrasi nan dipicu oleh pemadaman listrik selama berhari-hari di sebagian besar wilayah negara itu.
Keputusasaan nan disebabkan oleh makanan berbobot nan terbuang sia-sia di lemari es dan freezer nan hangat diperburuk oleh penduduk nan tidak mempunyai AC alias kipas angin selama berhari-hari di tengah teriknya panas pulau itu.
Di banyak gedung, pompa listrik mengalirkan air ke keran, jadi tidak ada listrik berfaedah tidak ada air.
Lebih jauh lagi, tidak adanya bensin di pompa berfaedah orang tidak dapat bekerja alias menggunakan mobil mereka untuk menyelesaikan masalah dasar alias memenuhi kebutuhan mendesak.
Pemerintah Kuba semakin menyadari bahwa banyak orang di pulau itu telah kehilangan rasa takut untuk berbincang tentang banyak masalah sehari-hari nan mereka hadapi di pulau itu. Beberapa apalagi siap turun ke jalan dan meneriakkan slogan-slogan antipemerintah, jika kondisinya memungkinkan.
Pada bulan Maret, ratusan orang di kota terbesar kedua di Kuba, Santiago, menggelar protes publik nan jarang terjadi atas pemadaman listrik kronis dan kekurangan pangan.