Liputan6.com, Washington, DC - Kurang dari 15 persen negara di bumi telah mengusulkan rencana untuk memperlambat kerusakan alam menjelang pertemuan puncak keanekaragaman hayati dunia di Kolombia. Demikian menurut hitungan nan dibagikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (16/10/2024).
Sebanyak 196 negara personil Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) PBB telah mengangkat kerangka kerja pada 2022 dengan 23 sasaran untuk "menghentikan dan membalikkan" musnahnya alam pada 2030.
Dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (19/10) sekitar seperempat jenis hewan dan tumbuhan nan dinilai terancam, dan sekitar satu juta jenis sudah menghadapi kepunahan, banyak di antaranya dalam beberapa dasawarsa terakhir, menurut info PBB.
Di bawah apa nan disebut Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global Kunming-Montreal, nan diadopsi di Kanada dua tahun lalu, negara-negara diminta untuk menyajikan strategi dan rencana tindakan keanekaragaman hayati nasional pada pertemuan COP16 nan dibuka di Kota Cali, Kolombia pada Senin (21/10).
Namun, sekretaris pelaksana CBD, Astrid Schomaker mengatakan pada Rabu bahwa hanya 29 dari 196 negara penanda tangan CBD, nan telah mengusulkan rencana komplit hingga saat ini.
Sembilan puluh satu telah menyerahkan sasaran nasional nan kurang menyeluruh.
"Kami tahu bahwa tetap banyak lagi pengajuan nan sedang dalam proses," kata Schomaker dalam bertemu pers.
Ketika para pemimpin bumi berkumpul dalam Sidang Umum PBB di New York, organisasi nirlaba Oxfam menyebut sidang itu dibayangi oleh 'oligarki global', alias orang-orang super kaya nan memegang kendali atas ekonomi global. Laporan Oxfam terbaru mengun...