Mengenal jenis wayang suket yang terbuat dari rumput kering

Sedang Trending 2 minggu yang lalu

Jakarta PinangRaya - Wayang Suket adalah jenis wayang unik nan terbuat dari rumput kering. Kata "suket" nan berfaedah rumput dalam bahasa Jawa memberikan makna bahwa wayang ini merupakan corak tiruan dari wayang kulit dan sering digunakan untuk permainan anak-anak serta penyampaian cerita pewayangan di desa-desa Jawa.

Meskipun sederhana, wayang suket mempunyai nilai estetika dan filosofis tinggi, menjadi simbol dari kekayaan budaya Indonesia nan sekarang berada di periode kepunahan.

Sejarah dan perkembangan wayang suket

Tradisi wayang suket diyakini muncul pertama kali di lingkungan pedesaan Jawa, sebagai perangkat permainan dan sarana pendidikan bagi anak-anak. Wayang ini konon dibuat oleh seorang gembala nan di waktu senggang saat menggembalakan hewan, merajut rumput di sekitar mereka menjadi miniatur wayang.

Dalam perkembangannya, wayang suket bukan hanya dikenal di pedesaan, tetapi juga dibawa ke panggung pagelaran oleh seniman seperti Slamet Gundono, seorang dalang dari Tegal nan sukses memperkenalkan wayang suket di lingkup nan lebih luas dengan pendekatan teatrikal, menggunakan musik gamelan dan alat-alat tradisional lainnya.

Proses pembuatan wayang suket

Membuat wayang suket memerlukan ketelitian dan keterampilan. Ada enam tahap utama dalam pembuatannya, dari persiapan bahan hingga pemasangan bagian-bagian nan memungkinkan wayang bergerak. Bahan utama adalah rumput kasuran, jenis rumput unik nan dibersihkan, dijemur, dan dianyam membentuk karakter pewayangan.

Teknik pemipihan dan pemasangan gapit dari bambu memberikan struktur dan stabilitas pada wayang ini. Proses ini menuntut kesabaran dan keahlian agar wayang nan dihasilkan tidak hanya bagus tetapi juga tahan lama.

Asal usul dan pengaruhnya

Asal-usul wayang secara umum tetap diperdebatkan. Sebagian peneliti beranggapan bahwa wayang berasal dari Jawa, sementara sebagian lain percaya bahwa kesenian ini berasal dari India dan menyebar ke Nusantara berbarengan dengan penyebaran kepercayaan Hindu. Di Indonesia, wayang terus berkembang dengan karakter dan simbol khas, termasuk karakter Punakawan nan tidak ditemukan dalam pewayangan India.

Wayang suket sendiri berasal dari wilayah Purbalingga dan dikembangkan oleh Kasan Wikrama Tunut alias Mbah Gepuk. Saat ini, warisan tersebut dilanjutkan oleh cucunya, Badriyanto, namun keterbatasan jumlah pengrajin menyebabkan wayang suket menghadapi ancaman kepunahan.

Tantangan dan upaya

Wayang suket sekarang menghadapi tantangan besar di tengah modernisasi. Minat generasi muda terhadap wayang suket mulai menurun, bahan baku semakin susah ditemukan, dan support pemerintah juga tetap minim.

Kurangnya eksposur dan perubahan selera masyarakat menjadikan pelestarian wayang suket semakin mendesak. Globalisasi, nan semestinya dapat menjadi perangkat promosi kebudayaan, justru membikin wayang suket semakin tergerus.

Untuk menjaga kelestarian wayang suket, beragam upaya dapat dilakukan. Salah satunya adalah penyelenggaraan workshop atau training nan melibatkan generasi muda, serta memproduksi wayang suket sebagai suvenir untuk memperluas pasar. Teknologi dan media sosial juga dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan wayang suket kepada khalayak nan lebih luas. Beberapa pihak mengusulkan agar wayang suket ditampilkan di bioskop, menggabungkan karakter budaya dengan media modern sehingga lebih mudah diterima masyarakat.

Nilai budaya wayang suket

Wayang suket mempunyai filosofi mendalam, mengajarkan nilai-nilai seperti kesabaran, ketelitian, dan kreativitas. Selain itu, cerita pewayangan nan disajikan melalui wayang suket dapat menjadi refleksi kehidupan dan penghubung antara generasi. Nilai-nilai tersebut sangat krusial dalam membangun identitas dan kebersamaan, terutama bagi generasi muda.

Dengan support dari beragam pihak, wayang suket bisa tetap hidup sebagai warisan budaya Indonesia. Membawa wayang suket ke panggung modern, baik melalui pagelaran maupun teknologi digital, bakal membantu melestarikan seni ini dan membuatnya relevan di tengah perubahan zaman.

Baca juga: Wayang Suket Pentaskan "Minggatnya Cebolang"

Baca juga: Bentara Budaya Jakarta pamerkan wayang

Baca juga: Perajin wayang lestarikan budaya ke sekolah-sekolah

Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024

Selengkapnya
Sumber entertainment
entertainment