, DW - Apakah pendaki asal Inggris, George Mallory dan Andrew Irvine, betul-betul sukses mencapai puncak Gunung Everest pada tahun 1924? Pertanyaan ini telah menjadi salah satu misteri terbesar dalam sejarah pendakian gunung selama nyaris satu abad.
Meskipun Edmund Hillary dan Tenzing Norgay secara resmi tercatat sebagai orang pertama nan mencapai puncak tertinggi di dunia pada tahun 1953, penemuan terbaru oleh kreator movie dan pendaki AS, Jimmy Chin, menghidupkan kembali spekulasi lama.
Dilansir DW Indonesia, Minggu (20/10/2024), Chin menemukan sepatu gunung tua di Gletser Rongbuk Tengah, nan diyakini milik Irvine, komplit dengan sisa-sisa kaki dan kaus kaki nan bercap A.C. Irvine.
Dalam wawancaranya dengan National Geographic, Chin menyatakan bahwa sepatu tersebut mungkin baru saja muncul dari gletser sesaat sebelum ditemukan.
"Saya pikir itu betul-betul mencair (dari gletser) seminggu sebelum kami menemukannya," kata Chin kepada majalah National Geographic. Jadi, apakah misteri Mallory dan Irvine nan berumur 100 tahun itu sekarang bakal terpecahkan? DW mencoba untuk menguraikannya.
Apakah ini berfaedah misteri Mallory dan Irvine sekarang mendekati jawaban?
Kisah Mallory dan Irvine dimulai pada tahun 1924 ketika mereka berasosiasi dalam ekspedisi Inggris nan berupaya menjadi nan pertama mencapai puncak Everest. Mereka mendaki melalui sisi utara di Tibet, lantaran Nepal saat itu tertutup bagi orang asing.
Pada tanggal 6 Juni, Mallory dan Irvine memulai pendakian dari North Col, mencapai ketinggian sekitar 8.200 meter keesokan harinya. Namun, setelah terlihat terakhir kali oleh rekan mereka, Noel Odell, pada tanggal 8 Juni, jejak mereka lenyap tanpa bekas. "Kita mungkin bakal mulai besok pagi (pukul 8) jika cuaca cerah," tulis catatan itu.
Masih Misteri
Meskipun upaya pencarian dilakukan, angin besar dan musim hujan nan mendekat menghalangi upaya lebih lanjut. Edward Norton, pemimpin ekspedisi, kemudian mengirim telegraf ke surat berita harian London "The Times”, nan berbunyi: "Mallory dan Irvine tewas dalam upaya terakhir.”
Penemuan kapak es milik Irvine pada tahun 1933 dan laporan penampakan mayit oleh ekspedisi kemudian menambah lapisan misteri ini.
Pada tahun 1999, jasad Mallory ditemukan oleh pendaki AS, Conrad Anker, di ketinggian 8.159 meter, mengungkapkan bahwa dia mengalami cedera parah akibat jatuh. Namun, Irvine dan kamera nan mungkin menyimpan bukti pendakian mereka tetap hilang.
Penemuan sepatu dengan label A.C. Irvine memberikan angan baru untuk mengungkap kebenaran. Tes DNA dari keturunan Irvine dapat memberikan kepastian lebih lanjut.
Sejarawan dan pendaki asal Jerman, Jochen Hemmleb, menyebut penemuan ini sebagai penemuan penting, namun menekankan bahwa tetap ada banyak kemungkinan tentang gimana jasad Irvine berhujung di Gletser Rongbuk Tengah.
Sambil menunggu hasil tes dan penelitian lebih lanjut, penemuan ini menambah bab baru dalam kisah legendaris Mallory dan Irvine, mengingatkan kita bahwa Gunung Everest selalu menyimpan rahasia nan menunggu untuk diungkap.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence