Dikutip dari laman Space pada Senin (21/10/2024), aktivitas Matahari bakal memengaruhi cuaca luar angkasa. Hal ini dapat memengaruhi satelit dan astronaut nan ada di luar angkasa.
Selain itu, kondisi ini juga bisa memengaruhi sistem komunikasi dan navigasi seperti radio dan GPS, serta jaringan listrik di Bumi. Saat mentari sedang aktif, peristiwa cuaca luar angkasa bakal lebih sering terjadi.
Aktivitas mentari telah memicu peningkatan visibilitas aurora dan berakibat pada satelit serta prasarana dalam beberapa bulan terakhir. Selama Mei 2024 lalu, serangkaian semburan mentari dan lontaran massa korona (CME) meluncurkan awan partikel dan medan magnet ke arah bumi.
Hal ini memicu angin besar geomagnetik terkuat di Bumi dalam dua dasawarsa terakhir dan memperlihatkan aurora terkuat nan pernah tercatat selama 500 tahun terakhir. Pada 1989, lontaran masa corona (CME) disertai jilatan api Matahari menyebabkan seluruh provinsi Quebec, Kanada mengalami pemadaman listrik nan berjalan sekitar 12 jam menurut NASA.
Namun demikian, bukan berfaedah puncak aktivitas Matahari dalam siklus hanya terjadi pada saat ini. Para intelektual tak bisa menentukan puncak pasti dari periode solar maximum ini.
Pasalnya, perihal tersebut hanya bisa diidentifikasi setelah melacak penurunan aktivitas mentari nan konsisten setelah puncak tersebut. Namun, para intelektual telah mengidentifikasi bahwa periode dua tahun ke belakang menjadi bagian dari fase aktif siklus matahari.
(Tifani)