Perang Ukraina: AS Sanksi 2 Perusahaan China terkait Drone untuk Rusia

Sedang Trending 2 minggu yang lalu

Liputan6.com, Washington, DC - Amerika Serikat (AS) pada hari Kamis (17/10/2024) menjatuhkan hukuman kepada dua perusahaan China dan hubungan Rusia nan terlibat dalam pembuatan dan pengiriman drone serang. AS memperingatkan keduanya untuk menghentikan kerja sama nan meningkatkan upaya perang Rusia.

"Sanksi baru menargetkan perusahaan China, Xiamen Limbach Aircraft Engine Co Ltd, nan membikin mesin nan menggerakkan kendaraan udara nirawak jarak jauh seri Garpiya Rusia," kata Kementerian Keuangan AS, seperti dilansir CNA, Jumat (18/10).

Selain itu, juga ada Redlepus Vector Industry Shenzhen Co Ltd nan berkantor pusat di China. Perusahaan itu disanksi atas perannya dalam pengiriman drone serta hubungan dengan penduduk dan perusahaan Rusia.

Drone-drone tersebut diyakini telah digunakan terhadap sasaran militer dan sipil di Ukraina, merusak prasarana krusial dan menimbulkan korban sipil dan militer. Reuters adalah nan pertama melaporkan bulan lampau bahwa drone Rusia nan baru tersebut dibuat menggunakan mesin dan suku cadang China.

"Meskipun AS sebelumnya telah menjatuhkan hukuman kepada entitas (China) nan memberikan masukan krusial bagi pangkalan industri militer Rusia, ini adalah hukuman AS pertama nan dijatuhkan kepada entitas China nan secara langsung mengembangkan dan memproduksi sistem persenjataan komplit dalam kemitraan dengan perusahaan-perusahaan Rusia," kata ahli bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller.

Seorang pejabat senior pemerintahan Joe Biden mengatakan tindakan perusahaan-perusahaan China tersebut bertentangan dengan apa nan telah dikatakan secara pribadi oleh pemerintah China tentang niatnya.

Juru bicara kedutaan besar China di Washington, Liu Pengyu, mengulangi penentangan China terhadap hukuman dan mengatakan pihaknya menangani ekspor produk militer secara bertanggung jawab.

"AS membikin tuduhan tiruan terhadap perdagangan normal China dengan Rusia, sama seperti terus menggelontorkan support militer nan belum pernah terjadi sebelumnya ke Ukraina," kata Liu Pengyu. "Ini adalah standar dobel nan umum, sangat munafik, dan tidak bertanggung jawab."

Sanksi dijatuhkan saat kerja sama nan semakin erat antara Rusia dan negara-negara lain, termasuk China, menggagalkan upaya AS melumpuhkan upaya perang Rusia di Ukraina. Pasukan Rusia dilaporkan terus maju di timur Ukraina.

Presiden AS Joe Biden dilaporkan melawat ke Jerman pada Jumat untuk melakukan pembicaraan dengan sekutu-sekutu Eropa nan bakal mencakup pembahasan strategi perang Ukraina.

Adapun Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping diperkirakan bakal berjumpa di sela-sela KTT BRICS pada 22-24 Oktober di Rusia, dan , menurut pejabat senior pemerintahan Biden, pihaknya sedang mencermati tanda-tanda kerja sama lebih lanjut.

Selengkapnya
Sumber Internasional
Internasional