Jakarta PinangRaya - Dalam tradisi sastra Hindu, terdapat dua ikon epik nan menjadi warisan besar budaya dunia, ialah Ramayana dan Mahabharata. Kedua karya ini tak hanya krusial dalam mitologi Hindu, tetapi juga dalam membentuk nilai-nilai kehidupan.
Ramayana dan Mahabharata merupakan dua ikon terbesar India nan telah membentuk langkah berpikir dan sistem kepercayaan Hindu. Kedua ikon ini dipercaya sebagian besar mencerminkan peristiwa sejarah dan dianggap sebagai "itihasa" dalam bahasa Sansekerta, nan berfaedah teks sejarah.
Ramayana dan Mahabharata adalah dua ikon sastra nan ditulis dalam corak kisah dengan latar kerajaan-kerajaan Hindu antik di anak benua India. Meski berasal dari tradisi nan sama, keduanya mempunyai perbedaan mendasar dalam alur cerita, karakter, dan pesan moral nan disampaikan.
Ramayana, karya Resi Walmiki, menceritakan perjalanan hidup Rama, seorang pangeran nan menghadapi beragam ujian demi menyelamatkan istrinya, Sita, nan diculik oleh Raja Raksasa Ravana. Sementara itu, Mahabharata, nan ditulis oleh Resi Ved Vyasa, mengisahkan bentrok besar antara dua keluarga, Pandawa dan Kurawa, nan bertempur untuk merebutkan tahta Hastinapura.
Meski merupakan kisah nan berbeda, Ramayana dan Mahabharata mempunyai banyak kesamaan lantaran berbagi latar sejarah dan budaya nan serupa. Keduanya sangat panjang, sehingga susah untuk meringkasnya tanpa mengorbankan perincian penting, namun berikut ini adalah ringkasan singkat dari masing-masing ceritanya.
Perbedaan kisah Ramayana dan Mahabharata
Ramayana
Ramayana, nan ditulis oleh Resi Walmiki, mengisahkan perjalanan hidup Rama, seorang pangeran nan rela menghadapi beragam tantangan demi menyelamatkan istrinya, Sita, nan diculik oleh raja raksasa, Ravana. Ikon ini lebih berfokus pada nilai-nilai kebaikan, ketulusan, dan pengorbanan. Dalam Ramayana, Rama digambarkan sebagai sosok nan ideal, nan berjuang untuk menegakkan dharma (kebenaran).
Dalam budaya Hindu, Rama dipandang sebagai sosok laki-laki ideal, dia digambarkan sebagai pribadi nan setia, berbakti, saleh, berani, bijaksana, kuat, dan tampan. Lahir sebagai putra tertua Raja Kosala, Rama diasingkan selama empat belas tahun akibat bentrok keluarga.
Sebagai putra nan penuh bakti, Rama memilih menjalani pengasingan berbareng istrinya, Sita, dan adiknya, Lakshmana. Selama masa pengasingan, Sita diculik oleh Rahwana, raja setan dari Lanka (sekarang Sri Lanka). Dalam upayanya menyelamatkan Sita, Rama berjumpa Hanuman, dewa berbentuk manusia monyet.
Akhirnya, Rama sukses mengalahkan Rahwana dalam pertarungan sengit dan menyelamatkan Sita. Namun, kisah ini belum berakhir, lantaran Sita kudu membuktikan kesuciannya dengan melangkah di atas api agar dapat diterima kembali oleh Rama. Berkat support para dewa, dia sukses melewati ujian tersebut tanpa cedera.
Mahabharata
Mahabharata, nan ditulis oleh Resi Ved Vyasa, mengisahkan bentrok besar antara dua keluarga, Pandawa dan Kurawa, nan bertempur memperebutkan tahta kerajaan Hastinapura. Epos ini menggambarkan ketegangan dan perseteruan dalam family besar, menjadikannya lebih kompleks daripada sekadar kisah pertempuran.
Berbeda dengan Ramayana, Mahabharata tidak hanya menyoroti bentrok fisik, tetapi juga memperkenalkan aliran mendalam melalui Bhagavad Gita. Dalam perbincangan antara Arjuna dan Krishna ini, dibahas konsep tentang tugas, kewajiban, dan pencapaian spiritual, nan menjadikan Mahabharata kaya bakal nilai-nilai moral dan filsafat.
Mahabharata pada dasarnya menceritakan persaingan antara dua golongan family di Kerajaan Hastinapura, nan akhirnya memuncak dalam sebuah pertempuran besar. Pandawa, lima putra Raja Pandu nan sah, dipimpin oleh dua putra tertuanya, Yudhistira dan Arjuna.
Sementara itu, Kurawa terdiri dari seratus putra Dhritarashtra, kerabat Pandu nan buta, dengan Duryodhana sebagai anak tertua sekaligus tokoh antagonis utama. Duryodhana digambarkan sebagai sosok nan tamak, iri hati, dan selalu menentang dharma alias tatanan moral.
Dalam kisah ini, Duryodhana mengundang Pandawa untuk bermain dadu, dan Yudhistira mempertaruhkan segalanya namun akhirnya kalah. Akibatnya, Pandawa kudu menjalani masa pengasingan selama tiga belas tahun, periode nan mereka gunakan untuk mempersiapkan diri menghadapi perang. Setelah masa pengasingan berakhir, Pandawa dan Kurawa mulai mengumpulkan sekutu masing-masing dan akhirnya bertempur satu sama lain.
Secara umum, Ramayana lebih menekankan pada perjuangan moral dalam mempertahankan kebenaran dan keadilan, sedangkan Mahabharata menawarkan pandangan nan lebih luas mengenai kehidupan, dengan pertarungan antara kebaikan dan keburukan nan seringkali tidak hitam-putih.
Kedua ikon ini, meskipun berbeda dalam alur cerita dan tema, tetap menyampaikan pesan moral nan kuat, nan mengajarkan pentingnya kebijaksanaan, keberanian, dan pengorbanan demi kesejahteraan umat manusia.
Baca juga: Peran dalang, sinden, dan pengrawit dalam pementasan wayang kulit
Baca juga: Wayang jadi warisan budaya berbobot luhur nan relevan dengan zaman
Baca juga: Peringati Hari Wayang Nasional, Menbud ajak lestarikan wayang
Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024