Liputan6.com, Kyiv - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pada hari Kamis (17/10/2024), pemerintahnya mempunyai info intelijen bahwa 10.000 tentara dari Korea Utara sedang dipersiapkan untuk berasosiasi dengan pasukan Rusia nan bertempur melawan negaranya.
Zelenskyy tidak menjelaskan secara rinci tentang klaimnya, nan muncul sehari setelah Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Kurt Campbell mengatakan bahwa AS dan sekutunya cemas dengan support militer Korea Utara untuk perang Rusia di Ukraina. Namun, Campbell menyatakan tidak dapat mengonfirmasi klaim Ukraina bahwa Korea Utara mengirim pasukan untuk membantu Rusia.
"Dari intelijen kami, kami mendapat info bahwa Korea Utara mengirim personel taktis dan perwira ke Ukraina," kata Zelenskyy kepada wartawan di markas NATO, seperti dilansir AP, Jumat (18/10). "Mereka sedang mempersiapkan 10.000 tentara di tanah mereka, tetapi mereka belum memindahkannya ke Ukraina alias ke Rusia."
Sebelumnya, dia memperingatkan bahwa keterlibatan Korea Utara bakal menjadi "langkah pertama menuju perang dunia".
Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menuturkan, sekutu tidak mempunyai bukti bahwa tentara Korea Utara terlibat dalam pertempuran tersebut.
"Namun, kita tahu bahwa Korea Utara mendukung Rusia dalam banyak hal, pasokan senjata, pasokan teknologi, inovasi, untuk mendukung mereka dalam upaya perang. Dan itu sangat mengkhawatirkan," tutur Rutte.
Zelenskyy berada di markas NATO untuk membahas rencana kemenangan-nya guna mengakhiri perang dengan Rusia.
Poin utama dari rencana tersebut mencakup undangan bagi Ukraina untuk berasosiasi dengan NATO dan izin untuk menggunakan rudal jarak jauh nan dipasok Barat untuk menyerang sasaran militer jauh di dalam Rusia. Langkah-langkah tersebut sejauh ini telah disambut dengan enggan oleh sekutu Ukraina.
"Ukraina betul-betul layak menjadi personil NATO ke-33 suatu hari kelak dan kita kudu melakukan segalanya untuk memastikan perihal ini terjadi," kata Zelenskyy . "Ukraina telah menunjukkan bahwa kita dapat mempertahankan nilai-nilai berbareng dan kita menentang Rusia, ancaman terbesar bagi Eropa dan perdamaian global."
Kepada para pemimpin Uni Eropa, Zelenskyy mengungkapkan bahwa perang dapat diakhiri paling lambat tahun depan jika rencananya diikuti. Menurutnya, rencana kemenangannya bermaksud "untuk memperkuat Ukraina" dan membuka jalan bagi solusi diplomatik untuk mengakhiri bentrok di sisi timur Eropa.
"Rencana ini tidak berjuntai pada kemauan Rusia, melainkan pada kemauan mitra kami," ujarnya.
Ini bukan kali pertama Zelenskyy menuding pengiriman pasukan oleh Korea Utara untuk memperkuat Rusia.
Menanti Pilpres AS
Dalam pernyataan setelah pembicaraan mereka dengan Zelenskyy, para pemimpin Uni Eropa menyerukan peningkatan support militer nan sigap dan percepatan pengirimannya, khususnya sistem pertahanan udara, amunisi, dan rudal untuk melindungi masyarakat dan prasarana daya Ukraina.
"Rusia tidak boleh menang," sebut pernyataan para pemimpin Uni Eropa.
Uni Eropa adalah pendukung utama Ukraina, calon personil blok 27 negara, saat melawan invasi Rusia nan dimulai lebih dari dua separuh tahun lalu.
Zelenskyy sendiri telah menguraikan rencana kemenangannya nan terdiri lima poin kepada parlemen Ukraina pada hari Rabu (16/10), tanpa mengungkapkan komponen rahasia nan telah disampaikan secara pribadi kepada sekutu utama, termasuk AS.
Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, nan secara luas dianggap mempunyai hubungan paling hangat dari semua pemimpin Uni Eropa dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam unggahannya di FB menyebut rencana Zelenskyy "lebih dari sekadar menakutkan". Dia mengatakan bakal mendesak negara-negara besar Uni Eropa, Prancis dan Jerman, untuk memulai negosiasi dengan Rusia sesegera mungkin, guna menemukan jalan keluar dari situasi ini.
Adapun Rutte mengatakan, "Kyiv dapat betul-betul percaya bahwa 32 sekutu berasosiasi untuk memastikan bahwa secara kolektif, kami bakal melakukan apa pun nan diperlukan untuk memastikan bahwa Ukraina dapat menang, bahwa Putin tidak bakal mendapatkan apa nan diinginkannya."
Dia menegaskan kembali bahwa posisi Ukraina ada di antara jejeran NATO, namun tidak mengatakan kapan Ukraina bakal berasosiasi dengan pakta pertahanan tersebut.
Zelenskyy memberi tahu para pemimpin Uni Eropa bahwa pasukannya kudu terus memerangi pasukan Rusia di Ukraina, sementara juga membawa perang kembali ke Rusia, sehingga Rusia dapat merasakan seperti apa perang itu dan mulai membenci Putin karenanya.
"Dan saya pikir hanya dengan persatuan di Uni Eropa kita bisa bergerak dan tidak hanya bisa menggerakkan para pemimpin Uni Eropa, kita juga bisa menggerakkan para pemimpin lainnya," ujarnya.
Pembicaraan hari Kamis di Brussels terjadi saat pasukan Ukraina berjuang untuk menahan pasukan Rusia nan diperlengkapi dengan lebih baik, terutama di wilayah Donetsk timur tempat mereka secara berjenjang didorong kembali. Ukraina memperkuat hidup dengan support Barat, namun mengelukan perihal itu terjadi terlalu lambat.
Presiden Lithuania Gitanas Nauseda mengkritik lambatnya pengambilan keputusan Barat atas Ukraina.
"Akan menjadi kesalahan besar untuk berpikir bahwa keraguan kita adalah langkah terbaik untuk meredakan ketegangan," ungkap Nauseda.
Pada pertemuan puncak di Washington pada bulan Juli, 32 personil NATO menyatakan Ukraina berada di jalur nan "tidak dapat diubah" untuk menjadi anggota.
Namun, untuk saat ini, NATO berada dalam pola bertahan. Anggota terbesar dan terkuatnya, AS, sedang menghadapi pilpres. Sekutu Eropa memperkirakan hanya bakal terjadi sedikit pergerakan di Ukraina hingga presiden AS baru menjabat pada bulan Januari.
Selain itu, AS dan negara besar Eropa seperti Jerman tetap sangat cemas bakal terseret ke dalam perang nan lebih luas dengan Rusia nan bersenjata nuklir, dan mereka memimpin sekelompok negara nan menentang Ukraina untuk berasosiasi dengan NATO hingga bentrok berakhir.