Liputan6.com, Belgrade - Serbia bakal terus menolak untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina meskipun ada tekanan Barat. Demikian disampaikan presiden Serbia setelah percakapan teleponnya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Minggu (20/10/2024).
Presiden Serbia Aleksandar Vucic menegaskan via IG bahwa dia percaya panggilan telepon tersebut, nan menurutnya merupakan panggilan pertamanya dalam lebih dari dua tahun dengan Putin, bakal membantu pengembangan lebih lanjut hubungan dan kepercayaan antara Rusia dan Serbia.
"Kami berbincang sebagai orang nan sudah saling kenal sejak lama, sebagai teman, dan percakapan 10 menit itu ditandai dengan catatan pribadi. Kami juga berbincang tentang mereka nan merupakan pemimpin nan lemah (pro-Barat)," kata Vucic, seperti dilansir instansi buletin AP, Senin (21/10).
Mengutip Putin, Vucic mengatakan, "Apa nan baik untuk Serbia baik untuk Rusia, apa nan baik untuk Serbia juga baik untuk Rusia."
Vucic tidak mengonfirmasi apakah dia bakal menerima undangan Putin untuk menghadiri pertemuan puncak BRICS, nan dipimpin oleh Rusia dan China, di Kazan akhir pekan ini.
Meskipun secara resmi mau menjadi personil Uni Eropa, Serbia, menolak untuk berasosiasi dengan hukuman Barat terhadap Rusia atas perang Ukraina, sekalipun negara itu dengan berat hati mengutuk agresi tersebut. Vucic mengatakan bahwa penerapan hukuman tidak sesuai dengan kepentingan nasional Serbia.
Pada hari Minggu, Vucic menuturkan bahwa dia mengharapkan kritik dari Barat atas percakapannya dengan Putin, namun menyatakan bahwa Serbia adalah negara berdaulat nan membikin keputusannya sendiri.
Vucic berterima kasih pula kepada Rusia lantaran menyediakan gas dalam jumlah nan cukup untuk Serbia dengan nilai nan menguntungkan.
Serbia, nan tidak pernah menjadi bagian dari blok Uni Soviet, pada hari Minggu menandai peringatan 80 tahun pembebasan ibu kotanya, Beograd, dari pendudukan Nazi pada Perang Dunia II, nan sebagian besar dicapai berkah partisan Yugoslavia dan juga Tentara Merah Soviet.
Otoritas nasionalis Beograd menandai tanggal pembebasan itu dengan menunjukkan sentimen pro-Rusia, di mana ribuan orang berbanjar melalui Beograd sembari melambaikan bendera Rusia dan meneriakkan slogan-slogan.
Dalam pertemuan nan memperingati hari jadi tersebut, Vucic menyampaikan pidato dalam bahasa Rusia, nan menurutnya merupakan tanda penghormatan kepada Tentara Merah, nan tanpanya pembebasan Beograd tidak bakal terjadi.