Liputan6.com, Korba - Warga Distrik Korba, Negara Bagian Chattisgrath, India, membakar seekor ular usai ular tersebut menggigit hingga menewaskan seorang pemuda pada Sabtu (21/9/2024) malam waktu setempat.
Melansir dari NDTV pada Minggu (20/10), seorang laki-laki berumur 22 tahun berjulukan Digeshwar Rathiya sedang merapikan tempat tidurnya di bilik rumahnya di Desa Baigamar saat seekor ular berbisa jenis katang benggala (common krait) menggigitnya.
Setelah itu, Rathiya memberi tahu personil keluarganya tentang gigitan ular yang dia alami. Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit pemerintah di Korba di mana dia meninggal sehari kemudian pada Minggu (22/9) pagi meski dalam perawatan. Setelah autopsi, jenazah Rathiya diserahkan kepada keluarganya untuk dikremasi.
Setelah kejadian nahas itu, masyarakat desa setempat sukses menangkap ular tersebut dan menyimpannya di dalam keranjang tertutup. Mereka kemudian mengikat ular tersebut dengan tali nan digantungkan pada sebatang kayu.
Saat prosesi pemakaman, Rathiya dipindahkan dari rumahnya ke krematorium, para masyarakat desa juga menyeret ular tersebut ke tempat itu. Sebuah video nan menunjukkan beberapa orang menyeret reptil tersebut dengan menggunakan tali muncul di media sosial.
Kemudian, mereka membakar ular tersebut hidup-hidup di atas pyre (sebuah struktur kayu untuk membakar jasad) pemakaman Rathiya.
Beberapa masyarakat desa mengatakan bahwa mereka takut ular berbisa tersebut bakal menyerang orang lain. Oleh lantaran itu, mereka membakar ular tersebut. Mengutip dari The New Indian Express pada Rabu (20/10), seorang masyarakat lokal berjulukan Jagrit Kumur berkata, “daripada membunuh ular tersebut secara langsung, masyarakat desa merasa lebih baik memusnahkan ular berbisa tersebut dengan membakarnya di atas tumpukan kayu di pemakaman sebelum ada orang nan menjadi korban gigitan ular lagi.”
Mengenai kejadian tersebut, Petugas Sub-Divisi Korba, Ashish Khelwar, mengatakan bahwa tidak ada tindakan nan bakal diambil terhadap masyarakat desa nan membunuh ular tersebut. Ia menekankan perlunya mendidik dan menciptakan kesadaran di kalangan masyarakat tentang ular dan penanganan gigitan ular.
Perubahan Iklim Meningkatkan Kasus Gigitan Ular di Asia Selatan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa sekitar lima juta gigitan ular terjadi setiap tahun di seluruh dunia, nan menyebabkan sekitar 2,7 juta kematian.
Melansir dari Himal Southasian pada Rabu (20/10), sebuah studi pada tahun 2020 nan mengumpulkan info gigitan ular selama 19 tahun menemukan bahwa, rata-rata, lebih dari satu juta gigitan ular terjadi setiap tahun di India saja. Dan, sering kali, gigitan ular dapat membunuh.
Meningkatnya nomor kasus gigitan ular di India dan Asia Selatan secara keseluruhan diperkirakan disebabkan oleh perubahan iklim.
“Akan susah untuk mengatakan jumlah gigitan ular nan disebabkan oleh perubahan suasana secara pasti, lantaran kami tidak mempunyai penelitian langsung untuk memvalidasinya,” kata mahir herpetologi nan asal Siliguri, Rupam Mitra. “Namun kami dapat memperkirakan tren peningkatan gigitan ular terjadi akibat kejadian cuaca ekstrem seperti banjir dan gelombang panas nan bakal berakibat pada naiknya beban gigitan ular pada sistem kesehatan masyarakat.”
Perubahan suhu dan banjir telah mengakibatkan hilangnya kediaman ular, nan semakin banyak beranjak dari lingkungan alaminya. Ular-ular tersebut pindah ke ekosistem asing dan tidak berkawan nan lebih dekat dengan pemukiman manusia. Hal ini menyebabkan kejadian gigitan ular menjadi lebih tinggi.
Aftab Alam Khan, seorang mahir suasana senior dan CEO Resilient Future International, mengatakan bahwa perubahan suasana memicu pergeseran ekologi nan secara unik mempengaruhi kediaman beragam serangga dan reptil, termasuk ular. Gelombang panas, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, dan suhu dingin nan ekstrem, semuanya berkontribusi terhadap migrasi ular dan mengganggu pola hibernasi mereka, nan mengakibatkan meningkatnya pertemuan antara manusia dengan ular dan gigitan ular.