Liputan6.com, Kairo - Mesir telah disertifikasi bebas malaria oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) - sebuah pencapaian nan dipuji WHO sungguh bersejarah.
"Malaria setua peradaban Mesir itu sendiri, namun penyakit nan menjangkiti firaun sekarang menjadi bagian dari sejarahnya," kata Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dilansir BBC, Senin (21/10/2024).
Pemerintah Mesir meluncurkan upaya pertama mereka untuk memberantas penyakit menular nan ditularkan melalui nyamuk nan mematikan itu nyaris 100 tahun lalu.
Sertifikasi diberikan ketika suatu negara membuktikan bahwa rantai penularan terputus setidaknya selama tiga tahun berturut-turut sebelumnya. Malaria membunuh sedikitnya 600.000 orang setiap tahun, nyaris semuanya di Afrika.
Dalam pernyataan pada hari Minggu (20/10), WHO memuji pemerintah dan rakyat Mesir atas upaya mereka untuk "mengakhiri penyakit nan telah ada di negara itu sejak era dahulu".
Disebutkan bahwa Mesir adalah negara ketiga nan disertifikasi di wilayah kerja WHO di Mediterania Timur, setelah Uni Emirat Arab dan Maroko.
Secara global, 44 negara dan satu wilayah telah mencapai tonggak sejarah ini.
Namun, WHO mengatakan sertifikasi tersebut hanyalah "awal dari fase baru". WHO mendesak Mesir untuk waspada guna mempertahankan status bebas malarianya.
Untuk mendapatkan sertifikasi WHO, suatu negara kudu menunjukkan kapabilitas untuk mencegah penularan kembali.
WHO mengatakan upaya pertama untuk membatasi kontak manusia-nyamuk di Mesir dimulai pada tahun 1920-an ketika diterapkan larangan penanaman padi dan tanaman pertanian di dekat rumah.
Vaksin sekarang digunakan di beberapa tempat - namun memantau penyakit dan menghindari gigitan nyamuk adalah langkah nan paling efektif untuk mencegah malaria.