Liputan6.com, Jakarta Dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Fisip Unair) sempat membekukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unair, usai BEM memasang karangan kembang bersuara satire nan ditujukan kepada presiden dan wakil presiden nan baru.
Terkait perihal itu, Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian mengatakan, apa nan dilakukan Dekanat Fisip Unair tersebut memang menjadi perhatian pihaknya. Seharusnya, kejadian itu tak terjadi dan mahasiswa bisa diberi ruang untuk mengkritisi.
"Karena saya kira di satu sisi, kita juga mau adik-adik mahasiswa itu memang mempunyai alias mengasah daya kritisi mereka," kata dia di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (29/10/2024).
Meski demikian, Politikus Golkar ini juga mengingatkan, meski ada kebebasan dalam bergorganisasi, semestinya kritik itu bisa disampaikan sesuai kultur Indonesia.
"Kemudian kita juga mempunyai undang-undang untuk kebebasan berorganisasi dan berasosiasi. Tapi di sisi lain kita juga tentunya mengharapkan ada satu langkah mengkomunikasikan sesuatu nan lebih mungkin dianggap lebih proper alias lebih sesuai dengan suasana budaya kita," ungkap Hetifah.
Oleh karenanya, dia mau kebebasan berorganisasi nan dilakukan mahasiswa tetap dijagah, dibarengi dengan nilai-nilai nan ada.
"Khususnya kepada seorang pemimpin dan kita berambisi kebebasan ini tidak dibatasi. Kebebasan berorganisasi di kalangan mahasiswa ini ke depan ya, jika memang mau ditegur ya, bukan dibekukan organisasinya kan," ujarnya.
"Kita berikan masukan gimana ke depan agar apa nan menjadi mungkin keresahan itu bisa tersampaikan dengan cara-cara nan sesuai," pungkasnya.