Ankara PinangRaya - Menjelang Pemilu di Amerika Serikat, baik Wakil Presiden Kamala Harris maupun mantan Presiden Donald Trump gencar menerapkan strategi untuk meraih kemenangan dalam pemilihan di sejumlah negara bagian kunci, menurut laporan media.
Menjelang hari pemungutan suara, persaingan antara Harris dan Trump berada pada posisi nan nyaris seimbang, terutama di tujuh negara bagian kunci nan kemungkinan besar bakal menentukan pemenang Gedung Putih berikutnya, lapor NBC News pada Sabtu (2/11).
Hari Pemilu AS, termasuk pemilihan presiden dan kongres, dijadwalkan pada Selasa, 5 November.
Kedua tim kampanye mengandalkan pendekatan nan terarah kepada golongan pemilih krusial untuk mengungguli lawan, dengan memperlihatkan dinamika unik dan tantangan nan dihadapi masing-masing kandidat.
Strategi Harris
Perhatian utama kampanye Harris adalah mempertahankan support kuat pemilih kulit hitam dan Latin, golongan nan secara historis condong mendukung Demokrat tetapi menunjukkan keraguan dalam survei terbaru.
Pada 2020, Joe Biden memperoleh support 92 persen pemilih kulit hitam dan 59 persen pemilih Latin.
Harris kudu memastikan nomor ini tetap stabil, terutama ketika beberapa survei menunjukkan meningkatnya minat terhadap Trump di kalangan golongan minoritas.
Tim Harris berambisi bahwa support dari pemilih kulit hitam, Latin, dan Asia Amerika bakal krusial dalam menyeimbangkan kemajuan Trump di area lain.
Harris juga mengandalkan kesenjangan kelamin nan semakin lebar nan menguntungkan dirinya, lantaran perempuan, terutama nan termotivasi oleh rumor kewenangan aborsi, condong mendukung platform Demokrat.
Sejak pengangkatan pengadil konservatif oleh Trump pada 2016 nan kemudian mengakibatkan pencabutan keputusan Roe v. Wade, nan memberikan kewenangan konstitusional umum untuk aborsi, Harris menjadikan kewenangan reproduksi sebagai konsentrasi utama untuk menarik pemilih perempuan.
Dalam upaya menarik minat wanita muda, dia baru-baru ini tampil di siniar "Call Her Daddy," platform terkenal di kalangan wanita muda nan biasanya kurang terlibat dalam politik.
Upaya Harris di wilayah pinggiran kota juga menjadi konsentrasi penting. Dia menargetkan moderat pinggiran kota, independen, dan Republikan nan kecewa dengan retorika Trump nan memecah belah.
Tokoh Republik seperti Liz Cheney dan Adam Kinzinger secara terbuka mendukung Harris, berambisi dapat menarik pemilih kanan-tengah.
Sementara itu, Trump memusatkan perhatian pada wilayah pedesaan dan wilayah dengan pendidikan rendah, di mana dukungannya biasanya kuat.
Fokus Trump
Trump, bagaimanapun, menyesuaikan pendekatannya untuk menarik pemilih laki-laki muda nan semakin kecewa dengan politik tradisional.
Dia memanfaatkan platform media alternatif, seperti siniar Joe Rogan, untuk menjangkau demografi nan condong mengonsumsi konten di luar saluran utama.
Pemilih laki-laki muda, nan pada pemilu sebelumnya condong mendukung kandidat Demokrat, sekarang dapat menjadi golongan penentu nan memberi Trump untung penting.
Sementara itu, kampanye Trump banyak mengandalkan sekutunya seperti Turning Point Action dan America PAC, nan mengenai dengan miliarder Elon Musk.
Namun, langkah ini menimbulkan keprihatinan di antara beberapa master strategi Partai Republik (GOP), nan cemas dengan kurangnya strategi lapangan nan tepat.
Pendekatan dari pintu ke pintu, nan merupakan karakter unik kampanye tradisional, kurang konsisten dalam operasi lapangan Trump, nan dapat memengaruhi tingkat kehadiran pemilih di negara bagian nan diperebutkan dengan ketat.
"Blue Wall"
Peta elektoral menunjukkan bahwa negara bagian Midwest seperti Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin, nan dulunya dapat diandalkan Demokrat, kembali menjadi medan pertempuran penting.
Dikenal sebagai "Blue Wall" (biru adalah warna tradisional dari Partai Demokrat, tembok biru adalah julukan bagi beragam negara bagian nan condong memilih Demokrat), sebanyak tiga negara bagian tersebut memutuskan untuk mendukung Trump pada 2016, tetapi kembali mendukung Biden pada 2020.
Harris dan Trump masing-masing menghabiskan waktu nan signifikan untuk berkampanye di wilayah ini, memahami bahwa negara bagian tersebut berpotensi menentukan hasil pemilihan.
Harris konsentrasi meningkatkan support dari pemilih kulit putih berilmu perguruan tinggi di wilayah tersebut, nan memberikan support signifikan bagi Biden pada 2020.
Trump, nan bermaksud untuk mengulangi kesuksesannya pada 2016, menutup kampanye dengan rapat umum di Midwest, menekankan platform ekonominya dan sikap kerasnya terhadap imigrasi.
Rapat umum Trump di Michigan, Pennsylvania, dan negara bagian kunci lainnya menunjukkan niatnya untuk merebut kembali support di Midwest industri.
Meski Trump sukses meraih support dari pemilih Latin dan kulit hitam, pesan kampanye kerap menimbulkan reaksi negatif.
Peristiwa baru-baru ini, termasuk rapat umum di mana komedian Tony Hinchcliffe melontarkan komentar rasial, berisiko mengasingkan pemilih dari golongan minoritas.
Meski menghadapi tantangan ini, tim Trump tetap berambisi ketidakpuasan terhadap Partai Demokrat di kalangan golongan minoritas dapat beranjak menjadi support bagi kampanyenya, terutama di negara bagian dengan populasi Latin yang signifikan seperti Arizona dan Nevada.
Dorongan Terakhir
Memasuki tahap akhir, tindakan lapangan masing-masing kampanye dapat menjadi penentu. Kampanye Harris telah berinvestasi besar dalam upaya akar rumput, dengan tim nan berdedikasi untuk door-knocking, mobilisasi pemilih, serta memastikan tingkat partisipasi nan tinggi.
Sebaliknya, Trump lebih konsentrasi pada pendekatan media dan aktivitas rapat umum, mengandalkan tokoh seperti Elon Musk untuk memperkuat pesannya alih-alih membangun prasarana lapangan tradisional.
Strategi ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan strategis GOP nan cemas langkah ini bisa berakibat negatif di negara bagian dengan selisih bunyi nan tipis.
Dalam persaingan nan tampaknya sangat ketat, kedua kandidat berambisi pendekatan unik mereka bakal menarik demografi kunci dan membawa kemenangan.
Dengan jajak pendapat menunjukkan persaingan nan ketat di beberapa negara bagian kunci, hasil pemilihan presiden kali ini mungkin berjuntai pada tingkat partisipasi pemilih dan perubahan support di saat-saat terakhir.
Pemilu 2024 diperkirakan bakal berhujung dengan persaingan sengit, di mana setiap bunyi mempunyai peran krusial dalam menentukan kepemimpinan masa depan negara ini.
Negara bagian kunci sangat krusial lantaran AS tidak memilih presiden secara langsung, melainkan melalui sistem Electoral College di mana 538 perwakilan memberikan bunyi sesuai hasil negara bagian mereka.
Seorang kandidat kudu meraih 270 bunyi Electoral College untuk memenangkan pemilihan umum.
Elektor dialokasikan ke negara bagian berasas populasi. Banyak negara bagian memberikan semua bunyi elektor mereka kepada kandidat nan memenangkan bunyi umum di negara bagian tersebut.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Harris-Trump terus bersaing, saat 75 juta penduduk AS telah mencoblos
Baca juga: Media: Jelang Pilpres, banyak penduduk AS hendak pindah keluar negeri
Penerjemah: Primayanti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024