Studi baru tunjukkan kaitan konstipasi dengan risiko penyakit jantung

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Jakarta PinangRaya - Hasil studi baru menunjukkan kaitan antara konstipasi alias sembelit dan akibat gangguan kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke.

Publikasi kesehatan Health pada Rabu mengutip tiga hasil penelitian nan dipublikasikan tahun 2023 serta info dari American Heart Association yang menunjukkan hubungan sembelit dengan akibat lebih tinggi terkena masalah kardiovaskular parah seperti serangan jantung dan stroke, terutama pada mereka nan juga mengalami hipertensi.

Bukti-bukti nan menunjukkan adanya hubungan antara mikrobioma usus dan kesehatan jantung mendorong para intelektual untuk meneliti gimana sembelit dapat menjadi aspek penyebab.

Hasil penelitian tahun 2023 ada nan menunjukkan "hubungan kausal nan sugestif" antara sembelit dan fibrilasi atrium, jenis aritmia jantung nan paling umum, tetapi tidak memperlihatkan hubungan sembelit dengan kandas jantung, stroke, alias penyakit arteri koroner.

Penelitian lain pada tahun 2023 menunjukkan perihal nan sebaliknya, bahwa pasien rumah sakit berumur di atas 60 tahun nan mengalami sembelit dan hipertensi, akibat semua kejadian kardiovaskularnya lebih tinggi.

Berdasarkan penelitian tersebut, para peneliti menyelidiki lebih lanjut hubungan antara sembelit dan kondisi jantung.

Baca juga: Makan camilan kaya serat bantu lancarkan buang air besar

Dalam penelitian terbaru nan diterbitkan di American Journal of Physiology-Heart and Circulatory Physiology, para intelektual menganalisis info dari 400.000 lebih orang berumur 40 hingga 69 tahun dalam pedoman info biomedis U.K. Biobank.

​​​​​​Mereka meninjau catatan medis, riwayat operasi, dan info catatan kematian untuk menemukan hubungan antara sembelit dan kejadian jantung jelek seperti kandas jantung, stroke iskemik, alias sindrom koroner akut.

Sembelit didefinisikan sebagai mengonsumsi obat pencahar secara rutin alias tercatat dalam catatan medis rumah sakit alias kuesioner untuk sindrom iritasi usus besar.

Setelah disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, indeks masa tubuh, penggunaan obat nan dapat menyebabkan sembelit, status merokok, dan kondisi kesehatan seperti kolesterol tinggi dan diabetes, tim peneliti menemukan bahwa mereka nan mengalami sembelit mempunyai akibat dua hingga tiga kali lipat lebih tinggi mengalami kejadian kardiovaskular serius dibandingkan dengan orang dengan kebiasaan buang air besar normal.

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa sembelit pada pasien dengan tekanan hipertensi meningkatkan akibat kejadian jantung sekitar 1,7 kali lipat.

Para peneliti mengidentifikasi sembelit sebagai aspek akibat potensial nan secara independen mengenai dengan prevalensi kejadian kardiovaskular serius (Major Adverse Cardiac Event/MACE) nan lebih tinggi.

Sembelit mempunyai antara 21 persen dan 27 persen faktor akibat genetik untuk penyakit kardiovaskular, nan menurut para penulis hasil penelitian dapat menjelaskan hubungan antara keduanya. Misalnya, gen dapat menjadi penyebab "gangguan" pada sistem saraf otonom, nan mengatur kegunaan kardiovaskular dan saluran pencernaan.

Dalam studi lain, para peneliti berteori bahwa mengejan saat buang air besar dapat menyebabkan lonjakan tekanan darah, nan seiring waktu berpotensi memicu kejadian kardiovaskular.

Baca juga: Berdiri terlalu lama berangkaian dengan akibat penyakit jantung

Ahli pencernaan Timothy Ritter, MD, nan juga menjabat sebagai direktur medis senior GI Alliance Research, mengatakan bahwa orang nan sembelit mungkin mempunyai masalah lain nan membikin mereka berisiko tinggi terserang penyakit jantung.

Mary Branch, MD, seorang mahir jantung di Greensboro, North Carolina, mengemukakan bahwa sifat konstipasi nan tidak menentu menyulitkan penilaian hubungannya dengan kesehatan jantung.

Branch menyampaikan bahwa meningkatkan kegunaan usus dengan mengonsumsi makanan berserat bisa dilakukan untuk membantu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular lantaran sembelit.

Dia juga menekankan pentingnya konsistensi melakukan aktivitas fisik, mengikuti diet nan kaya makanan utuh, memprioritaskan tidur, mengendalikan kolesterol, dan menghindari rokok untuk menjaga kesehatan jantung.

Baca juga: Cemas dan stres berkepanjangan bisa memicu penyakit jantung

Baca juga: Layanan skrining untuk cegah penyakit jantung disediakan di puskesmas

Penerjemah: Fitra Ashari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2024

Selengkapnya
Sumber News
News