Jakarta PinangRaya - Ketua DPR RI Puan Maharani membujuk para personil G20 Parliamentary Speaker's Summit (P20) ke-10 nan digelar di Brasil, Amerika Selatan, untuk mengakhiri perang di Gaza, Palestina, serta memberikan support kemanusiaan.
"Kita kudu berupaya mewujudkan solusi dua negara. Perang dan bentrok bukannya tidak bisa dihindari. Melainkan ini adalah masalah keputusan politik, apakah kita mau bertempur alias berdamai," ujar Puan dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat.
Ia berpandangan gencatan senjata sudah sangat diperlukan, dan semua bisa memberikan support kemanusiaan nan sangat dibutuhkan di Gaza.
"Ketika bumi sedang menghadapi ketegangan geopolitik dan fragmentasi nan meningkat, saya menyerukan kepada para pemimpin Parlemen personil G20 untuk mengatasi perpecahan, mengakhiri perang, dan berinvestasi dalam pembangunan berkelanjutan," kata Puan.
Baca juga: Puan keberatan rumor Palestina tak disertakan dalam joint statement P20
Sebagai negara-negara dengan perekonomian terdepan, kata Puan, G20 disebut kudu bisa mengambil tindakan berani dalam memimpin dengan memberi contoh memperbaiki konsentrasi dan prioritas dunia.
Pada saat nan sama, lanjut dia, beragam krisis di bumi juga menuntut perhatian bersama.
"Oleh lantaran itu, terserah pada kita apakah kita mau berbaikan agar kita bisa mengentaskan kemiskinan, melawan kelaparan, dan menyelesaikan kesenjangan," ucap dia.
Dalam sebuah sesi nan mengangkat tema 'Peran Parlemen Dalam Mempromosikan Pembangunan Berkelanjutan', Puan pun mengingatkan bahwa tujuan pembangunan berkepanjangan alias Sustainable Development Goals (SDGs) menandakan visi besar ialah komitmen terhadap masa depan nan lebih sehat, sejahtera, dan berkelanjutan.
Meski begitu, pencapaian SDGs menghadapi tantangan besar di mana ketegangan geopolitik, kelaparan, kesenjangan, dan krisis suasana semakin meningkat.
Baca juga: Puan tegaskan komitmen RI pada kesetaraan kelamin di P20
"Banyak negara berkembang menderita lantaran beban utang nan sangat besar. Komitmen untuk mencapai seluruh agenda pembangunan pada tahun 2030 telah dirusak oleh beragam kejadian nan tidak menguntungkan," ucap Puan.
Ia juga menyoroti perang di Ukraina, krisis politik di Myanmar, serta bombardir dan serangan Israel nan tiada henti di Gaza, nan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dari kalangan penduduk sipil, termasuk wanita dan anak-anak.
Puan mengatakan jam terus berdebar dan kelambanan semestinya tidak dapat diterima.
Menurutnya, kemunduran nan menakut-nakuti pencapaian SDGs ini kudu diatasi sekarang dengan langkah kolektif. Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 menuntut partisipasi penuh Parlemen untuk menjadi pemasok perubahan untuk mencapai semua tujuan.
"Parlemen kudu menggunakan kewenangannya secara efektif untuk mengangkat undang-undang nan relevan nan menjunjung tiga pilar pembangunan berkelanjutan, ialah keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan," ujar Puan.
Baca juga: Ketua DPR minta parlemen personil G20 sorong lingkungan dunia kondusif
Parlemen setiap negara kudu mengalokasikan anggaran nan cukup untuk mencapai SDGs.
Selain itu, lanjut Puan, parlemen juga kudu merumuskan pertumbuhan ekonomi nan berbobot nan bisa menghasilkan pertumbuhan tinggi dan sekaligus tidak menambah kesenjangan.
"Indonesia berkomitmen untuk mencapai SDGs tepat waktu. SDGs sejalan dengan Visi Indonesia Emas 2045 menjadi negara nan berdaulat, maju, adil, dan makmur pada tahun 2045," ucapnya.
Namun, disampaikan Puan, upaya nasional saja tidak cukup lantaran tindakan dunia sangat diperlukan.
Oleh karenanya, diplomasi parlemen seperti P20 ini disebut memainkan peran krusial dalam mendorong kerja sama dunia untuk mengatasi persoalan besar abad ke-21.
"Parlemen negara-negara personil G20 perlu berkontribusi dalam membangun tiga pendorong pembangunan ialah keuangan, iklim, dan perdamaian. Mereka menjadi penggerak untuk mencapai kemajuan dalam penerapan SDGs," kata Puan.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2024